Apakah Orang Muslim dan Kristen Berdoa Kepada Tuhan Yang Sama?
oleh: Hamba-hamba Tuhan
"...dan kamu akan mengetahui Kebenaran, dan Kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8:32)
INTRODUKSI
Pada musim semi tahun 2004, para Sekretaris Negara dan para Menteri Luar negeri dari 25 negara yang tergabung dalam Uni Eropa mencapai suatu resolusi mayoritas untuk bernegosiasi dengan Turki berkenaan dengan kemungkinan bergabungnya (Turki) dengan EEC (Masyarakat Ekonomi Eropa). Sekali lagi keputusan ini mengakibatkan masyarakat dalam negara-negara terkait menyadari adanya perbedaan-perbedaan dan kesamaan-kesamaan antara negara-negara Barat dengan negara-negara Islam. Beberapa kalangan yang memikirkan hal ini secara mendalam merasa kurang sejahtera, ketika mereka mengenangkan kembali pengalaman-pengalaman yang telah terjadi dalam sejarah dan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin terjadi oleh karena perkembangan yang baru ini, yang kemungkinan besar akan dipaksakan untuk diterima dan bertentangan dengan keinginan mayoritas populasi di beberapa negara anggota EEC.
PENAKLUKKAN ISLAM ATAS SPANYOL
Pada tahun 711 M, Tarik Ibn Siyad menyeberangi Selat Gibraltar dengan 7000 orang. Ia dan para penerusnya menaklukkan sebagian besar Spanyol dan Portugal dalam 20 tahun. Dalam upaya untuk mentransformasi dataran Iberia menjadi sebuah negara Islam, ia kemudian secara sistematis menempatkan orang-orang Siria, orang-orang Palestina, orang Persia, orang Yaman, orang Irak, orang Mesir dan Arab Hedjaz di berbagai distrik di kota itu.
Sejak 713 M, pasukan Islam di bagian Selatan dengan 18.000 tentaranya dari Yaman dan Siria telah menaklukkan Perancis Selatan di bawah Musa Ibn Nusair; pada 720 mereka menduduki Narbonne dan pada 721 Nimes, Arles dan Avignon. Pada 725 mereka menyerang Rhonevalley, menaklukkan Lyon dan pada tahun yang sama, Langres, Sens dan Luxeuil di Vosges sebelah barat Basel.
Pasukan Islam Utara di bawah pimpinan Jenderal abd al-Rahman al-Ghafiki menghancurkan Bordeaux pada 731 M, menaklukkan Poitiers dan mengalami kekalahan dekat Tours pada 732 oleh Charles Martel (714-41 M) dan tentara Franconian.
Antara 752 dan 759, orang-orang Franconia kembali menaklukkan Perancis Selatan dalam sebuah serangan militer yang berhasil dengan gemilang pada 795 oleh Charlemagne (768-814 M). Ia membebaskan orang-orang Pirene dari dominasi Islam dan memaksa orang-orang Muslim untuk mundur hingga melewati Sungai Ebro di Spanyol.
Pembebasan Spanyol dari pendudukan Islam diselesaikan secara bertahap. Kerajaan-kerajaan Katolik di Castile, Leon, Portugal dan Aragon telah bermunculan di Utara, Barat dan sebelah Timur Spanyol. Oleh karena digerakkan oleh cita-cita Perang Salib, mereka dapat menaklukkan kembali lebih banyak lagi teritorial yang diduduki Islam pada abad 12, sehingga pada 1212 M, Emirat Islam Cordoba telah diperkecil menjadi hanya seperempat bagian dari Spanyol. Pada 1236 M, Cordoba diserang, dan pada 1248 Seville dan Cartagena jatuh ke tangan orang-orang Castilia. Pada 1262 Cadiz ditaklukkan, tetapi Tarifas direbut pada 1344. Kerajaan kecil Granada tetap bertahan hingga 1481. Pada 1492 sebuah keuskupan Katolik didirikan di sana. Dibutuhkan lebih dari 700 tahun untuk membebaskan Spanyol dari dominasi Muslim.
Pada masa kini, kaum fundamentalis Muslim di Afrika Utara berusaha mengklaim kembali sebagian dari Spanyol Selatan (Andalusia), karena berdasarkan hukum Shariah mereka, suatu wilayah yang pernah diduduki oleh orang Muslim selamanya adalah milik Islam.
Filsuf Friedrich Nietzsche (1844-1900) dipandang telah memberikan komentar yang sarkastis, yaitu bahwa kesalahan terburuk sejarah Barat adalah kemenangan Charles Martell! Namun kenyataannya, invasi Muslim telah mempersatukan kekaisaran Franconia dan dengan demikian telah meletakkan dasar bagi Eropa di kemudian hari.
PENAKLUKAN BALKAN OLEH OTTOMAN
Gelombang serang Islam yang kedua terhadap Eropa dimulai pada 1354 M ketika Ottoman, suku yang memimpin orang-orang Turki di Anatolia, menyeberangi Dardanelles. Pada 1371, mereka menaklukkan Bulgaria, pada 1383 Makedonia. Sofia jatuh pada 1384. Pada 1389 mereka menaklukkan pasukan aristokrasi Serbia di Blackbirdfield di Kosovo. Pada 1395 Sigismund dari Hungaria dan pasukan Perang Salibnya dikalahkan. Pada 1400 Ottoman Turki menaklukkan Dobrudscha di Laut Hitam. Sebagai akibatnya, Danube secara temporer menjadi batas Utara dari Turki.
Kemenangan beruntun Ottoman diinterupsi ketika Timur Lenk (Tamerlan) tiba-tiba menginvasi Anatolia (1370-1405 M) mengakibatkan kekalahan telak terhadap golongan Ottoman yang terkait secara etnis di Ankara 1402. Pada tahun 1453, setelah masa pemulihan, Ottoman menaklukkan Konstantinopel setelah beberapa pengepungan. Kejatuhan kota itu ditandai dengan berakhirnya kubu pertahanan kekristenan di Timur Dekat, yang telah berlangsung selama ribuan tahun. Sejak saat itu Konstantinopel disebut Istanbul (artinya: para aristokrat, orang-orang mulia). Setelah berperang selama 21 tahun (1435-1466) Albania jatuh ke tangan orang-orang Turki.
Setelah kejatuhan Konstantinopel, orang-orang Turki mengalahkan Serbia beberapa tahun kemudian (1459-1465), namun mereka hanya menguasai benteng Belgrade pada 1521. Pada 1529 mereka menaklukkan Bosnia dan pada tahun yang sama gagal dalam usaha menaklukkan Wina untuk pertama kalinya. Selama operasi-operasi militer berikutnya, mereka menundukkan Walchia sejak 1521 sampai 1545. Dalam peperangan selama 140 tahun yang berlangsung dari 1541-1688, mereka mengalahkan Transilvania dan Hungaria. Sehubungan dengan penaklukkan-penaklukkan ini, orang-orang Turki mengepung Wina pada 1683 untuk kedua kalinya dan akan mengalahkan kota yang telah kelaparan itu seandainya jenderal yang berwenang saat itu tidak menunda penyerangan. Ia menunggu kota itu untuk menyerah secara sukarela, yang kemudian akan menjadi rampasan perang untuknya pribadi.
Setelah pengepungan Wina diakhiri oleh serangan militer dari pasukan persekutuan Eropa, maka dimulailah perang yang berkepanjangan untuk merebut Balkan kembali. Diperlukan waktu 200 tahun untuk kembali menaklukkan benteng Belgrade (1688-1867), walaupun Pangeran Eugene memenangkan peperangan. Serbia baru dibebaskan pada 1882, setelah diduduki oleh Turki selama lebih dari 400 tahun(!), kemudian diikuti Bosnia pada 1908, Albania pada 1912 dan Makedonia pada 1913.
Siapapun yang terkesima dengan sikap tidak toleran Kristen Ortodoks terhadap orang Muslim di Kosovo dan di Makedonia harus memperhatikan kenangan pahit yang diberikan kekaisaran Ottoman yang masih dengan berat menekan orang-orang Balkan. Setiap tahun, 30.000 orang muda Kristen, usia 12 tahun ke atas, direkrut untuk masuk ke dalam resimen Janissaris. Mereka dipaksa masuk Islam dan digunakan sebagai pasukan pendobrak dalam peperangan-peperangan sultan-sultan Turki. Semua nenek moyang orang Muslim, yang sekarang hidup di Balkan, adalah orang-orang Kristen sebelum mereka diinvasi oleh Turki. Namun, mereka kemudian memeluk Islam, untuk menghindar dari pajak-pajak yang melilit yang dikenakan kepada kaum minoritas dan juga penghinaan. Hingga hari ini, keturunan orang-orang yang murtad ini dihina dan dibenci oleh banyak kaum Kristen Ortodoks.
MODERNISASI TURKI SETELAH PERANG DUNIA I
Selama 400 tahun, Mediterania Timur, Laut Hitam dan sebagian Persia dan kebanyakan negara-negara Arab diperintah oleh sultan-sultan Ottoman. Setelah kejatuhan kekaisaran ini dalam Perang Dunia I, Ataturk (Bapak Bangsa Turki) mencoba menciptakan sebuah negara yang baru mengikuti model Eropa. Ia menghapuskan kekhalifahan Turki atas semua Muslim. Di negaranya sendiri, ia mencabut Shariah (hukum Islam) pada 1926, menutup gulungan-gulungan Qur’an dan melarang mazhab-mazhab mistik. Di jalan-jalan, ia memerintahkan satgas untuk mengawasi orang-orang yang lalu lalang. Bahkan ia mengadopsi konstitusi Swiss sebagai dasar politis negaranya yang baru, Undang-undang Hukum Pidana Italia dan Hukum Perdagangan Jerman sebagai dasar bagi kehidupan sosial. Dengan demikian ia berharap dapat memaksa Turki untuk bergabung dengan Eropa yang modern dengan teknologinya.
Namun demikian, "Eropanisasi" Turki tetap tinggal hanya sebagai sebuah program yang ideal. Pada kenyataannya, hanya seperempat orang-orang yang menerima filsafat sosialisme, sepertiga menjadi Islam liberal seperti halnya Ataturk sendiri, sebuah pergerakan nasionalis muncul di beberapa bagian populasi, dan ada sekelompok masyarakat lainnya tetap islami. R.T. Erdogan, yang menjadi Perdana Menteri saat ini dan sebelumnya adalah walikota Istanbul, hingga belum lama ini adalah anggota partai konservatif Islam.
Bagaimana pun, Islam tidak dapat menyangkali naturnya yang sebenarnya. Islam bukanlah sebuah agama seperti yang dipahami dalam pencerahan Eropa. Tujuan Islam adalah menyatukan negara dan agama. Kenyataan ini tidak dapat diterima oleh humanisme modern; namun demikian telah dibuktikan secara teologis, legal dan historis.
Kira-kira ada 4 juta orang Turki yang kini tinggal di Eropa, tidak termasuk warga negara Turki yang tinggal di negara mereka sendiri. Perkiraan ini tidak mencakup hampir satu juta orang Turki yang telah menjadi warga negara Eropa.
Jerman | 2.550.000 |
Perancis | 350.000 |
Belanda | 330.000 |
Belgia | 140.000 |
Austria | 119.000 |
Swiss | 100.000 |
Inggris Raya | 80.000 |
Denmark | 55.000 |
Swedia | 36.000 |
Norwegia | 11.000 |
Italia | 11.000 |
Finladia | 4.000 |
Spanyol | 2.000 |
Luxemburg | 300 |
Portugal | 250 |
Adalah prioritas absolut kami untuk meyakinkan orang Kristen agar mempersiapkan diri untuk berkonfrontasi dengan Muslim. Kami berusaha untuk memberikan penekanan pada beberapa poin yang krusial berkenaan dengan kontak antara kedua agama tersebut. Setiap pembaca harus memutuskan sendiri apakah jurang dalam antara Islam dan kekristenan dapat dijembatani atau tidak!
KEANGGOTAAN PENUH ATAU AFILIASI DENGAN MASYARAKAT EROPA
Haruskah Turki menjadi anggota penuh Uni Eropa, dan bukan hanya anggota afiliasi? Ini akan berimplikasi bahwa 20 hingga 25 juta orang Turki akan mempunyai kerinduan untuk bermigrasi ke kota-kota Eropa yang lebih besar, dimana teman-teman dan kerabat mereka telah terlebih dahulu tinggal di sana.
Kita sedang berada di tengah-tengah invasi Islam yang ketiga terhadap Eropa. Banyak orang yang tidak ingin menghadapi kenyataan ini! Beberapa politisi secara sistematis memandang perkembangan ini lebih jauh lagi, apakah dengan harapan menciptakan suatu masyarakat multikultural tanpa keunggulan kekristenan atau dengan tujuan untuk mendapatkan suara-suara pemilih baru untuk partai-partai politik mereka.
Berdasarkan perkiraan dari Biro Statistik Federal di Wiesbaden, populasi orang Turki kemungkinan besar akan mencapai 100 juta penduduk pada tahun 2050 M. Dalam hal ini, orang-orang Turki akan merupakan seperlima dari populasi Uni Eropa dan akan menempati posisi-posisi, melalui suara-suara mereka dan perwakilan-perwakilan mereka (dan kemungkinan besar komisioner-komisioner), untuk mempengaruhi perkembangan Eropa dengan sangat kuat.
Sayangnya, mayoritas populasi asli di negara-negara Uni Eropa hanya memberikan sedikit kontribusi untuk menolong para pekerja asing atau pelajar-pelajar dari latar-belakang Islam untuk berintegrasi dengan budaya mereka. Siapa yang peduli untuk mengunjungi sebuah keluarga Turki untuk menolong mereka memecahkan masalah mereka berkenaan dengan administrasi? Banyak orang Turki, dalam kesendirian mereka, mengundurkan diri ke dalam kelompok-kelompok etnis dan religius. Dalam mesjid-mesjid mereka, mereka diajarkan bahwa mereka tidak boleh bersahabat dengan orang-orang Yahudi dan juga Kristen, oleh karena orang Yahudi dan Kristen akan membuat mereka berpaling dari jalan/cara hidup mereka (Surat al-Nisa’ 4:89. 101; al-Tauba 9:29-30; al-Mumtahina 60:1; al-Saff 61:9, dsb). Sebagai akibat dari keterkejutan budaya yang mereka alami di Eropa, banyak diantara mereka yang menjadi semakin teguh dalam keyakinan mereka daripada ketika mereka masih berada di kampung halaman mereka sendiri. Beberapa mesjid yang baru didirikan diberi nama para sultan dan jenderal yang pernah menaklukkan negara-negara Balkan bagi kekaisaran Ottoman dan bagi Allah.
APAKAH ORANG MUSLIM DAN ORANG KRISTEN BERDOA KEPADA TUHAN YANG SAMA?
PENYEMBAHAN KEPADA ALLAH
Jika anda mengamati orang Muslim yang taat, anda akan mendapati bahwa ia berdoa 5 kali sehari selama sekitar 15-20 menit. Kesetiaan bersembahyang ini adalah salah satu tantangan terbesar dari Islam terhadap kekristenan. Jika kita sekali lagi tidak belajar untuk berdoa dengan lebih bersungguh-sungguh dan setia, maka kita akan diinfiltrasi dan diserap oleh sistem islami.
Dalam 5 kali sembahyang, tiap Muslim akan bersujud kepada Allah hingga 34 kali sehari, mengekspresikan penyerahannya yang sungguh-sungguh kepada Sang Pencipta, Penguasa dan Hakim dunia. Kata Arab "Islam" berarti berserah, pengabdian dan tunduk. Seorang Muslim tidak lagi menjadi manusia yang bebas. Ia telah menyerahkan dirinya kepada Allah dan terikat secara sah kepada Allah sebagai budakNya.
Setiap hari, jutaan orang Muslim beribadah kepada Allah 5 kali sehari dalam mesjid-mesjid mereka atau dimana pun mereka berada. Tiap hari, ritual doa ini melanda bumi kita seperti 5 gelombang yang susul menyusul. Dimulai pada waktu subuh di Indonesia dan berlanjut ke Cina, Bangladesh dan Pakistan, mencapai Asia Tengah dan Iran, dan kemudian orang-orang Muslim bersujud ke tanah di negara-negara Arab dan Afrika dan akhirnya membawa orang-orang Muslim di Amerika sujud menyembah Allah.
Ibadah orang Muslim 5 kali sehari ini adalah tantangan lainnya bagi kita orang Kristen, supaya kita kembali merenungkan komitmen kita kepada Yesus Kristus dan melihat apakah kita sepenuhnya bergantung pada-Nya ataukah kita hidup "di luar Dia" dan lebih menyukai sumber-sumber lain sebagai kekuatan kita.
Dari orang-orang Muslim yang taat kita dapat belajar tentang takut akan Tuhan dan penghormatan yang mendalam terhadap Yang Maha Kuasa. Mereka percaya dalam ketaatan mereka bahwa mereka menyembah Tuhan yang sejati, yang mendengarkan doa-doa Ismail nenek moyang mereka (Kejadian 21:17-21). Dalam konteks ini, doa-doa Abraham (yang disebut sebagai orang Muslim yang pertama) atau Kornelius haruslah dipertimbangkan (Kisah Para Rasul 10:1-48).
ISLAM – PEMBENARAN MELALUI PERBUATAN
Kami tidak bermaksud untuk mengidealkan doa-doa ritualistik orang Muslim, karena itu bukanlah sebuah doa yang spontan ataupun sukarela, melainkan sebuah kewajiban berdasarkan hukum mereka. Barangsiapa yang bersembahyang menurut aturan atau formula yang telah ditetapkan, akan menikmati perlindungan Allah dan berhasil dalam hidupnya. Barangsiapa yang tidak sembahyang, akan tersesat. Menurut doktrin Islam, semua doa adalah perbuatan baik yang menghapuskan perbuatan yang jahat (Surat Hud 11:114).
Pernah ada seseorang yang datang kepada Muhammad di Mekkah dan bertanya dengan nada ironis, "Aku telah berdosa! Apakah yang harus aku lakukan?" Muhammad menasehatinya, "Berdoalah sebanyak tiga kali". Orang itu menjawab, "Muhammad, aku telah melakukan perzinahan!" Muhammad mengulangi nasihatnya, "Berdoalah tiga kali!". Orang itu kemudian mengaku, "Saya sungguh-sungguh telah berzinah!" Kemudian Muhammad memberinya jaminan, "Berdoalah tiga kali, bahkan jika namamu adalah Abu Dhal (nama kontemporer dari Muhammad)".
Oleh karena itu, berdasarkan tradisi ini, dengan berdoa menggunakan doa-doa liturgis sebanyak tiga kali, anda dapat menghapuskan rasa bersalah anda karena telah berzinah menurut penghitungan surga atau bahkan mengumpulkan poin-poin sebagai bonus. Di dalam Islam, kebenaran diperoleh melalui pekerjaan baik/amal. Hal ini dikonfirmasi di dalam Qur’an (Surat 29:45).
Di dalam Qur’an kita dapat membaca ringkasan komentar (Surat 35:29-30).
SIAPAKAH ALLAH DI DALAM ISLAM?
Allah – Pribadi yang jauh!
Menurut Qur’an, Allah adalah Sang Pencipta Yang Maha Kuasa, tuan dan hakim atas semua ciptaan-Nya, namun juga digambarkan sebagai seorang pembuat hukum dan usahawan, yang kepada-Nya 1,4 milyar orang Muslim bersembahyang 5 kali sehari.
Namun demikian, jika anda bertanya kepada seorang Muslim, "Dapatkah anda menceritakan kepada saya siapakah Allah sebenarnya?", maka ia akan menjawab dengan sebuah senyuman, "ALLAH MAHA BESAR!" (Allahu Akbar), yang merupakan singkatan dari pengakuan iman Islam. Kalimat yang tidak lengkap ini berarti bahwa Allah bukan hanya besar, jika tidak demikian masih ada yang lebih besar dari-Nya. Selanjutnya, Ia bukan hanya yang terbesar, jika tidak demikian Ia mungkin dapat dibandingkan dengan makluk ciptaan. Tidak, IA SANGAT BERBEDA, IA ADALAH TUHAN YANG JAUH DAN TIDAK DAPAT DIDEKATI. Ia lebih besar, lebih kuat, lebih indah, lebih kaya dan lebih cerdik daripada apapun yang kita ketahui. Pada akhirnya, semua pemahaman tentang Allah tetaplah tidak sempurna dan jauh dari realita. Dia Yang Kekal di dalam Islam tidak dapat dibandingkan dan didefinisikan. Sebaliknya, Ia menciptakan kita dan menentukan takdir kita. ALLAH BUKANLAH TUHAN YANG PERSONAL DAN MENIPU SIAPAPUN YANG DIKEHENDAKI-NYA DAN MEMIMPIN DENGAN BENAR SIAPAPUN YANG DIKENDAKI-NYA (Surat 6:39, 13:27, 14:4, 16:93, 35:8, 74:31). Ia jauh melebihi emosi dan apa yang dipahami manusia dan senantiasa adil dalam semua yang dilakukan-Nya.
Islam Populer
Mayoritas umat Muslim tidak puas dengan konsep abstrak mengenai Allah yang diajarkan oleh para teolog mereka. Mereka ingin mengetahui siapakah Allah itu dan apa yang dilakukan-Nya. Dari 500 atribut dan gelar Allah yang disebutkan di dalam Qur’an, mereka memilih 99 yang paling indah. Dalam daftar berikut ini kami akan mencoba untuk memberikan sebuah ulasan mengenai nama-nama Allah, yang muncul lebih dari 10 kali di dalam Qur’an.
Nama-nama dan atribut Allah
Nama Allah | Frekuensi dalam Qur’an | |
Allah | Allah | 2673 |
Al-Rahman | Sang Pemurah | 170 |
Al-Rahim | Yang berbelas kasih | 228 |
Al-Alim | Yang Maha Tahu | 158 |
Al-Hakim | Yang Maha Bijaksana | 95 |
Al-Ghafur | Yang Mengampuni | 91 |
Al-‘Azis | Yang Maha Kuasa dan Mulia | 88 |
Al-Sami’a | Yang Maha Mendengar | 46 |
Al-Khabir | Yang Ahli | 45 |
Al-Qadir | Yang Maha Kuasa | 45 |
Al-Basir | Yang Maha Melihat | 44 |
Al-Waliy | Sang Gubernur | 31 |
Al-Shahid | Sang Saksi | 21 |
Al-Waliyy | Sang Wali Yang Setia | 21 |
Al-Wahid | Yang Utama/Satu-satunya | 21 |
Al-Ghaniyy | Yang Kaya | 18 |
Al-Hamid | Yang Terpuji | 17 |
Al-Wakil | Sang Agen | 13 |
Al-Mu’id | Yang Memulihkan Segalanya | 12 |
Al-Halim | Pengampun Yang Lembut | 12 |
Al-Qawiyy | Yang Kuat | 11 |
Ke-22 nama dan gelar dalam daftar di atas merupakan 84 persen dari nama-nama dan atribut-atribut Allah yang muncul dalam Qur’an dan membentuk dasar pemahaman seorang Muslim mengenai Allah. Ketika seorang Muslim berdoa dengan menggunakan tasbihnya, menyentuh ke-33 butiran tasbihnya, menghubungkannya dengan 33 nama Allah sebanyak 3 kali, ia berharap hal itu dapat mengkompensasikan satu dari dosa-dosanya yang dicatat dalam kitab Allah.
Al-Ghazali, salah seorang teolog Islam yang sangat ternama, menjelaskan dan membandingkan ke-99 nama dan atribut Allah ini satu sama lain. Ia menyadari bahwa beberapa dari konsep penting ini tumpang tindih ataupun berkontradiksi satu sama lain, dan ia berkesimpulan, "Allah adalah segala sesuatu dan juga bukan apa-apa! Kita tidak dapat memahami-Nya dengan pengertian kita, kita hanya dapat menyembah-Nya!"
Ringkasan nama-nama Allah dapat ditemukan di dalam Sura 59:22-24 sebagai berikut….
Keesaan Allah
Muhammad melanjutkan pernyataannya mengenai Allah dan pertama kalinya bersaksi kepada orang Yahudi dan orang Kristen selama bertahun-tahun ketika Islam masih menjadi minoritas di Mekkah (Surat 29:46).
Ayat-ayat serupa dengan penekanan pada toleransi sering ditemukan di dalam Qur’an. Ayat-ayat ini pada masa kini digunakan oleh orang Muslim yang hidup sebagai kelompok minoritas di antara orang-orang Kristen, untuk membenarkan diri mereka sendiri.
Sayangnya, Muhammad menyatakan hal yang yang berlawanan di Medina 10 tahun kemudian dan dengan demikian membatalkan semua ayat dalam Qur’an yang berasal dari periode Mekkah, yang menganjurkan untuk bersikap toleran (Surat 9:29).
Ketika Muhammad dan para pengikutnya mengontrol kelompok mayoritas di Medina, ia tidak lagi bersikap toleran terhadap agama lain. Sejak saat itu, Islam telah dipandang sebagai satu-satunya agama yang sah di mata Allah (Surat 3:19, 2:193, 61, 9 dan lain sebagainya).
Iman kepada Allah, satu-satunya Tuhan, menjadi salah satu dari artikel-artikel krusial dalam keyakinan Islam dan didefinisikan sebagai pusat pengakuan orang-orang Muslim: "TIADA TUHAN SELAIN ALLAH!" Barangsiapa yang percaya dan menyembah Tuhan lain selain Allah, telah melakukan penghujatan yang tidak terampuni, dari sudut pandang Islam.
MENURUT QUR’AN ALLAH ITU BUKAN….
Allah – Bukan Trinitas
Barangsiapa yang menganggap serius orang-orang Muslim, akan segera menyadari bahwa Qur’an dengan keras menyangkali eksistensi Trinitas Yang Kudus. Salah satu dari sekian alasan yang ada ialah bahwa ada sebuah sekte Kristen yang tumbuh subur di Timur Dekat pada masa Muhammad yang mengajarkan bahwa Trinitas itu terdiri dari Bapa, Sang Putera dan Maria, yaitu Allah, Maria dan Yesus (Surat 5:116)! Namun, penyesatan ini ditolak oleh semua gereja. Walau demikian, banyak orang Muslim masih percaya bahwa menurut orang Kristen Allah tidur dengan Maria dan memperanakkan Yesus melalui Maria. Tuduhan penghujatan ini, yang berdasarkan kesalahpahaman, mengakibatkan adanya penolakan terhadap doktrin Trinitas Tuhan di dalam komunitas Islam. Lebih jauh lagi, sikap ini didukung oleh sebuah peringatan terbuka (Surat 4:171b).
Barangsiapa yang percaya kepada Trinias Yang Kudus sangat dikutuk oleh Qur’an (Surat 5:73).
Jika mereka secara ketat mengikuti pemikiran mereka ini, orang-orang Semit (Yahudi dan Muslim) tidak dapat mengasumsikan bahwa Tuhan itu lebih dari satu pribadi. Juga mereka tidak dapat mengakui kekristenan sebagai agama yang monoteistik, bahkan jika para penganut idealisme Eropa tetap berpegang pada ilusi "tiga agama monoteistik".
Allah – Bukanlah Bapa
Untuk alasan yang sama, banyak orang Muslim beranggapan bahwa jika kita memanggil Tuhan sebagai Bapa atau Bapa dari Yesus Kristus, maka itu adalah penghujatan. Dengan melakukan yang demikian, mereka secara sadar atau tidak telah membuat diri mereka sendiri tidak dapat masuk ke dalam pusat penyataan diri Yesus Kristus, yang mengajarkan kita berdoa: "Bapa kami yang ada di dalam Sorga, dimuliakanlah nama-Mu!" Dalam catatan ke-empat Injil, Yesus berbicara mengenai Bapa sebanyak 200 kali, dan hanya 99 kali mengenai Tuhan. Kristus menyatakan kepada kita akan Tuhan yang dekat dan personal, yang dalam kasih-Nya Ia telah mengadopsi kita secara sah selamanya sebagai anak-anak-Nya sendiri, dan dengan demikian Ia menjadi "Bapa kita".
Pemahaman yang baru semacam ini mengenai Tuhan, seperti yang ditekankan dalam Perjanjian Baru, adalah jawaban teologis Yesus terhadap konsep Islam yang kaku mengenai Allah. Orang-orang Kristen mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang Muslim. Orang-orang Kristen mempunyai hubungan yang bersifat pribadi dengan Tuhan. Melalui "telepon merah" mereka telah dihubungkan dengan Yang Maha Kuasa, yang telah menjadi Bapa mereka oleh karena pengorbanan Kristus. Bapa mereka mengenal mereka, memelihara mereka dan mengasihi mereka, dimana pun mereka berada. Muslim tidak mempunyai kontak langsung dengan Allah. Qur’an juga tidak memberikan mereka hak apa pun untuk menyebut diri mereka sebagai anak-anak Tuhan. Mereka selamanya dipaksa tetap menjadi budak-budak yang menyembah Tuhan semesta alam.
Penolakan terhadap klaim Kristen yang menyebut diri mereka sebagai anak-anak Tuhan dipandang sebagai subversif dan kategorikal, sebagaimana yang dinyatakan oleh Muhammad di dalam Qur’an (Surat 5:18).
Bantahan terhadap klaim "Putra Illahi" oleh manusia biasa dengan jelas menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi di Medina juga telah menjelaskan kepada Muhammad bahwa Yahweh telah memilih mereka secara korporat dan yudisial untuk menjadi keturunan-Nya (Ulangan 32:6, Yesaya 63:16; Yeremia 3:4, 19; 31:9; dll). "Ya Yahweh, Engkaulah Bapa kami, Penebus kami, nama-Mu kekal selamanya" (Yesaya 63:16b). Hak istimewa yang bersifat koletif ini yang ada dalam Perjanjian Lama telah dijanjikan secara personal kepada tiap individu yang telah lahir baru dan menjadi murid melalui Yesus Kristus (Roma 8:14-16).
Allah – Bukanlah Sang Putra
Qur’an mewajibkan semua Muslim untuk percaya kepada ‘Isa, Putra Maria dan utusan Allah, dan juga kepada semua nabi. Ini berarti semua Muslim percaya kepada Kristus. Pertanyaannya hanyalah: Bagaimanakah Kristus dipresentasikan di dalam Qur’an?
Qur’an beberapa kali menyinggung kenyataan bahwa Kristus dilahirkan oleh perawan Maria, tanpa disentuh oleh pria mana pun. Putranya diciptakan melalui firman Tuhan dan Roh-Nya di dalam Maria. Dikatakan bahwa Maria menjawab Jibril (Gabriel) demikian (Surat 19:20, 3:47).
Muhammad menggambarkan konsepsi Yesus menurut caranya sendiri (Surat 21:92, 66:12).
Berdasarkan hal ini, Orang-orang Muslim dapat percaya bahwa Kristus dilahirkan oleh perawan Maria. Namun demikian, mereka dengan keras menolak untuk percaya bahwa putra Maria juga adalah Putra Tuhan, karena Ia hanya diciptakan oleh Allah di dalam Maria, dan bukannya diperanakkan. Berdasarkan dogma Islam ini, Qur’an secara spesifik berkontradiksi dengan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel, yang diakui oleh semua gereja, yaitu bahwa Kristus adalah: "Tuhan dari Tuhan, Terang dari Terang, Tuhan yang sejati dari Tuhan yang sejati, diperanakkan bukan dibuat, sehakekat dengan Sang Bapa".
Para pengikut Muhammad menyangkali keilahian Kristus dalam bentuk apa pun, tetapi mereka percaya akan keunikan mujizat penyembuhan-Nya, kebangkitan dari setidaknya tiga orang mati melalui perkataan-Nya dan juga perkembangan lebih lanjut dari hukum Musa melalui Putra Maria (Surat 3:49b-50). Mereka membaca mengenai bagaimana para murid diberi makan di padang gurun oleh meja yang turun dari Surga (Surat 5:112-115) dan menyaksikan kemampuan-Nya untuk mengimpartasi sikap kerendahan yang baru dan kemurahan hati kepada para pengikut-Nya (Surat 57:27a).
Lebih jauh lagi, orang Muslim percaya pada kenaikan tubuh-Nya ke surga dan kehadiran-Nya secara aktual dengan Allah. Namun, mereka dengan sangat keras dan spesifik menyangkali fakta historis penyaliban-Nya. Melalui penyangkalan ini, 1,4 miliar orang Muslim benar-benar memisahkan diri mereka sendiri dari keselamatan seutuhnya, yang juga ditujukan untuk mereka dan secara sadar ataupun tidak menolak pengampunan atas dosa-dosa mereka melalui karya penebusan Kristus. Mereka berharap dapat memperoleh kebenaran mereka sendiri tanpa salib Kristus.
Allah – Bukanlah Roh Kudus
Islam tidak hanya menyangkali keilahian Kristus, namun juga Roh Kudus. Hanya dalam Sura-Sura yang diterbitkan di Medina dan dalam tradisi-tradisi akhir "Roh Allah" disebut sebagai "Jibril" (Gabriel). Roh Allah disebutkan 29 kali di dalam Qur’an, tetapi senantiasa dalam pengertian sebagai suatu makhluk ciptaan, seperti halnya malaikat atau roh-roh jahat. Ia selalu berada di bawah otoritas Allah (Surat 17:85). Ia tidak bersifat ilahi seperti yang dipahami oleh Perjanjian Baru. Allah itu esa! Tidak ada roh Allah yang independen disisi-Nya.
Oleh karena alasan ini, tidak ada persepsi mengenai natur yang sebenarnya dari Bapa dan Sang Putra di dalam Islam, karena Roh Kuduslah yang menyatakan hal ini kepada hati manusia (Roma 8:15-16; 1 Korintus 12:3). Akibatnya, tidak ada buah Roh (Galatia 5:22-25) di dalam Islam, melainkan hanyalah perbuatan daging (Galatia 5:19-21). Kesalehan natural dan pengabdian religius hanya mempunyai sangat sedikit hubungan, bahkan tidak sama sekali, dengan efek dari berdiamnya Roh Kristus dalam diri manusia. Lagipula, tidak ada orang Muslim yang mempunyai pengharapan yang pasti akan hidup kekal (Kolose 1:27b). Walaupun semua manusia berharap dapat diciptakan kembali pada Hari Penghakiman, tidak ada pembaharuan spiritual dalam hidup di dunia ini maupun di akhirat. Semua pertanyaan mengenai hal itu akan dijawab dengan "mungkin", atau "jika Allah menghendaki".
Semua pelajar teologi Islam akan segera melihat bahwa Allah bukanlah Bapa dan tidak pernah menjadi Bapa, Putra dan Roh Kudus. Allah bukanlah Trinitas yang kudus. Ia adalah roh yang sangat berbeda dari Tuhan yang ada di dalam Alkitab. Siapapun yang mengatakan bahwa Bapa dari Yesus Kristus dan Allah adalah satu dan pribadi yang sama, maka ia berpikiran dangkal, naif, atau tidak mempedulikan isi Qur’an yang sesungguhnya dan juga tradisi-tradisi Muhammad. Setiap Muslim yang taat akan dengan keras menolak esensi dari Injil, yaitu: "Sebab Elohim demikian mengasihi dunia ini, sehingga Dia mengaruniakan Putra-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan dapat memperoleh hidup kekal". (Yohanes 3:16. ILT).
Dalam Pengertian Apakah Kasih Tuhan Berbeda Dari Kemurahan Allah?
Nama Tuhan yang sering muncul dalam Qur’an selain gelar utama 'Allah' adalah "Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang" ("al-Rahman al-Rahim"). Setiap Surat, kecuali satu, dimulai dengan nama ini. Apabila ada pemotongan binatang berdasarkan kebiasaan Islam, kata-kata ini akan diucapkan. Daging yang lain dipandang haram. Rahasia pengharapan orang Muslim terletak pada nama Allah yang satu ini. Ekspresi Semitisnya mempunyai makna bagi mereka bahwa Yang Maha Kuasa bermurah hati pada seorang Muslim yang dalam kesusahan atau pun sukunya. Ia menundukkan diri kepada mereka, mendengarkan mereka ketika mereka berseru kepada-Nya (al-Du’a) dan "barangkali" atau "mudah-mudahan" Ia akan menolong mereka. Namun, Ia tetaplah Allah yang besar, jauh, dan tidak dapat didekati, yang kepada-Nya semua orang takut dan beribadah dengan penuh penghormatan.
Namun demikian, Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa: "Elohim adalah kasih, dan siapa yang tetap tinggal di dalam kasih, dia tetap tinggal di dalam Elohim, dan Elohim di dalam ia" (1Yohanes 4:16). Kasih Tuhan (Agape) menunjukkan dirinya dalam inkarnasi-Nya menjadi manusia di dalam Kristus Yesus, hidup bersama kita, mengambil kesalahan-kesalahan kita pada diri-Nya sendiri, dan mati menggantikan kita. Dalam kekudusan-Nya Ia tidak tinggal jauh dari kita, namun meninggalkan kemuliaan-Nya, menjadi salah satu dari kita dan membiarkan diri-Nya disalib bagi pembenaran kita. Kasih tidak hanya menolong sekali-sekali, tetapi mengorbankan diri-Nya seutuhnya, bahkan hingga sampai pada kehinaan.
Mungkin ada ilustrasi praktis yang dapat menolong untuk memahami perbedaan antara pemahaman Islam mengenai kemurahan Allah dan pengertian Kristen mengenai kasih Tuhan: Jika seorang pria berkata kepada tunangannya, "Aku bermurah hati padamu dan akan menikahimu," seperti apakah reaksi wanita itu? Pasti ia akan lari meninggalkan pria itu! Tetapi jika pria itu berkata, "Aku mencintaimu, dan karena itu aku ingin menikahimu", maka mereka akan sepakat untuk menikah. Allah itu Tuhan yang sangat jauh dan tidak dapat dicapai, sedangkan dalam kekristenan Tuhan turun hingga ke level kita manusia, mengorbankan diri-Nya bagi kita, menjadi satu dengan kita dan mengubah kita melalui kasih-Nya.
Semua pemikiran ini membangkitkan pertanyaan yang mendasar: Jika Allah tidak dapat menjadi Bapa, Putra atau Roh Kudus, dan tidak dapat mengasihi, maka siapakah Dia? Apakah ada Tuhan lain selain Trinitas?
Wajah Allah Yang Sebenarnya Di Dalam Islam
Kita harus membebaskan diri kita dari idealisme Abad Pencerahan dan penipuan diri oleh humanisme dan secara spiritual mengalahkan impian kosong tentang tiga agama Abaraham yang percaya kepada satu Tuhan.
Allah – sebuah roh yang anti Biblika?
Limapuluh hingga enampuluh persen Qur’an secara tidak langsung diambil dari Perjanjian Lama dan literatur penafsirannya, yang tidak dapat dibaca Muhammad, karena belum diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada waktu itu. Oleh karena itu kami menemukan tradisi oral dari Mishna, Talmud, dan tulisan-tulisan Yahudi lainnya dalam bentuk Arab dan Islam. Kira-kira 5-7% dipinjam dari Perjanjian Baru, yang juga pada waktu itu belum ada versi Arabnya. Itulah sebabnya mengapa beberapa teks apokrifa muncul di dalam Qur’an, dan telah dimodifikasi bentuk dan isinya agar sesuai dengan konteks Islam.
Terjemahan dari tradisi-tradisi oral ini ke dalam bahasa Arab yang digunakan untuk percakapan sehari-hari suku Quraish adalah keberhasilan besar Muhammad. Sayangnya, dalam terjemahannya ia melakukan banyak kesalahan. Namun demikian, ia tidak mengijinkan orang Yahudi dan orang Kristen untuk mengkoreksi apa yang disebutnya sebagai wahyu. Bahkan ia menjadikan "wahyu-wahyu" tersebut sebagai standar bagi kebenaran yang diwahyukan. Segala sesuatu di dalam Alkitab yang tidak menguatkan versi Arab dari Qur’an dianggap palsu. Padahal, teks asli Alkitab dianggap telah diinspirasikan secara verbal. Mayoritas Muslim yakin bahwa ada orang-orang Yahudi yang dengan sengaja telah memalsukan teks-teks tertentu dari Taurat untuk menyesatkan Muhammad, dan bahwa orang Kristen telah menghapus nama Muhammad dari catatan Injil. Dengan logika sederhana ini kebenaran alkitabiah disalah-mengerti berdasarkan perspekstif Qur’an yang salah dan juga kebohongan Islam dipresentasikan kepada dunia sebagai kebenaran.
Kecurigaan seperti ini dengan mudah menghinggapi orang Muslim, oleh karena Qur’an mereka dapat dibaca dalam 7 versi yang berotoritas, dan dapat diterjemahkan dengan 7 versi berbeda yang sama-sama diakui nilainya. Edisi Qur’an kuno masih memiliki 3 karakter vokal/huruf hidup yang berbeda di atas banyak konsonan, karena ketiga cara pembacaan dimungkinkan dan diterima oleh para Mufti.
Lebih jauh lagi, 240 ayat dalam Qur’an dibatalkan oleh wahyu-wahyu Allah yang turun belakangan. Namun demikian, ayat-ayat yang lama dan yang baru masih sama pentingnya, walaupun yang sudah ada terlebih dahulu telah dibatalkan. Orang-orang yang tidak mempunyai cukup informasi akan dengan mudah disesatkan, oleh karena ayat-ayat yang saling berkontradiksi dapat memberikan sudut pandang yang berbeda.
Apakah orang Muslim boleh berbohong?
Tidak ada roh kebenaran di dalam Islam sebagaimana yang ada di dalam Perjanjian Baru. Walaupun Allah disebut sebagai "Sang Kebenaran dan Kesalehan" (al-Haqq) lebih dari sekali di dalam Qur’an, kita juga dapat membaca bahwa dua kali Ia disebut sebagai "Penipu Terbesar" (khair al-maakireen, Surat 3:54, 8:30) dan Ia menjadi Seorang Pengkhianat terhadap barangsiapa yang mengkhianati-Nya (Surat 4:124)! Jika obyek penyembahan sebuah agama mempunyai sifat yang licik dan menipu, bagaimana mestinya para penganutnya harus hidup? Lebih jauh lagi, Qur’an mencatat bahwa Allah memerintahkan Muhammad dan para pengikutnya yang setia untuk membatalkan sumpah mereka yang dibuat dengan buru-buru (qad farada al-lah lakum tahillat aimanikum; Surat 66:2). Ini berarti bahwa bahkan sebuah sumpah tidak menjadi jaminan akan kebenaran.
Berbagai tradisi mengenai Muhammad menegaskan bahwa seorang Muslim berhak untuk berbohong dalam 4 keadaan! Oleh karena itu, ketidakbenaran dan distorsi fakta diijinkan dalam apa yang disebut sebagai Perang Suci, dalam rekonsiliasi dua orang Muslim, antara seorang suami dengan istri-istrinya, antara seorang istri dengan suaminya (Thirmidhi, birr 26; Musnad Ahmad b. Hanbal 6:459, 461). Prinsip yang tidak etis seperti itu merendahkan keyakinan akan kebenaran dan kejujuran pernyataan-pernyataan sesama kita lebih dari yang dapat kita bayangkan. Terjemahan-terjemahan Qur’an dan tradisi-tradisi yang ada seringkali mengabaikan/menyembunyikan ayat-ayat dan pernyataan-pernyataan seperti itu, namun kutipan yang telah disebutkan diatas telah berusaha untuk memuat isi yang sesungguhnya dalam bahasa Arab seakurat mungkin.
Orang-orang Kristen, yang hendak mendiskusikan hal-hal berkenaan dengan keyakinan dengan orang Muslim harus benar-benar mempersiapkan diri terlebih dahulu, agar mereka tidak dikonfrontasikan dengan opini-opini yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan apa yang sesungguhnya dipercayai orang Muslim. Muhammad berulangkali menekankan kenyataan bahwa "perang adalah penipuan", hukum Shariah semua Negara non-Islam adalah teritorial musuh dan mendukung taktik-taktik seperti penipuan, pengkhianatan dan meninabobokkan musuh dengan rasa aman yang palsu.
Dalam kasus-kasus yang ekstrim, seorang Muslim yang tinggal di negara dimana Islam adalah kelompok minoritas dapat mengaku dirinya sebagai orang Kristen, seorang Hindu atau seorang ateis untuk memperoleh keuntungan atau perlindungan, selama ia tetap setia kepada imannya di dalam hatinya. Namun, jika ia benar-benar meninggalkan keyakinannya, maka murka Allah dan penganiayaan besar akan menimpanya (Surat 16:106). Dalam konteks ini, penting untuk memperhatikan bahwa tidak semua Muslim adalah penipu atau pembohong. Diantara mereka ada orang-orang yang mempunyai karakter yang baik, yang jujur dan perkataannya dapat dipercayai. Namun demikian, masalahnya terletak pada sumber dari agama mereka, yang mempermudah mereka untuk menyimpang dari kejujuran, jika mereka dalam keadaan terdesak.
Allah – Suatu Roh Anti Kristen?!
Kenyataan bahwa Islam secara kategorial menolak keilahian Kristus, dan mengulangi penyangkalan itu di dalam Qur’an, yaitu menyangkali bahwa Ia adalah Tuhan dan Putra Tuhan, akan membawa para pembaca dokumen Perjanjian Baru kepada kesimpulan bahwa Allah adalah roh yang anti Kristen. Perkataan Rasul Yohanes, yang dengan jelas menyaksikan kasih Tuhan memberikan penjelasan bagi kita bagaimana seharusnya kita menguji roh (1 Yohanes 2:22-23 dan 4:1-3).
Kita harus berhati-hati merenungkan teks ini dan mengijinkan sang Rasul kasih Elohim menginstruksikan kita dalam kebenaran, bahkan soal Islam sekali pun. Adalah tidak mungkin bahwa Bapa dari Yesus Kristus mengirimkan malaikat-Nya, yaitu Gabriel kepada Muhammad di Mekkah untuk mendiktekan sebanyak 17 kali bahwa Ia, Tuhan, tidak memiliki Putra, jika Ia mengutus malaikat yang sama kepada Maria di Nazaret 600 tahun sebelumnya, untuk menginformasikan kepadanya bahwa ia akan mengandung melalui Roh Kudus, dan anak yang dikandungnya itu akan disebut “Elohim Yang Maha Tinggi” dan "Putra Elohim" (Yesaya 9:5, Lukas 1:32, 35).
Wahyu yang diterima Muhammad tidak mungkin berasal dari Tuhan, karena “Tuhan ada dalam Kristus dan Ia mendamaikan dunia ini dengan diri-Nya sendiri” (2 Korintus 5:19). Lalu bagaimana Muhammad dapat menegaskan bahwa malaikat Gabriel telah mengajarinya, dan bahwa Yesus tidak pernah disalibkan? (Surat 4:157).
Cara pandang spiritual terhadap segala sesuatu telah membawa pengalaman yang pahit dalam konseling Kristen sehingga banyak orang Muslim telah diikat oleh perbudakan korporat, dan lebih atau juga kurang menyadari adanya fakta bahwa mereka telah menjadi kebal dan dikeraskan terhadap Yesus dan Injil.
Jika seorang Muslim ingin meninggalkan Islam dan menerima Kristus, pembebasan-nya tidak hanya terjadi melalui pengajaran Alkitab yang benar dan argumen-argumen yang mempersalahkan Islam. Sebaliknya, setiap orang harus dibebaskan oleh perkataan Kristus, "Sebab itu apabila Putra memerdekakan kamu, kamu pun akan benar-benar merdeka" (Yohanes 8:36, Roma 6:16, 18, 22). Banyak petobat baru tidak pernah benar-benar dapat membebaskan diri mereka seutuhnya dari ikatan-ikatan dalam alam bawah sadar mereka, karena mereka tidak mengikuti peraturan dasar yang ditetapkan oleh Yesus Kristus, "Jika seseorang ingin ikut di belakang-Ku, hendaklah ia menyangkal dirinya sendiri, dan memikul salibnya dan mengikuti Aku. Sebab siapapun yang berkeinginan untuk menyelamatkan jiwanya, dia akan membinasakannya; tetapi siap yang menghilangkan nyawanya demi Aku, ia akan mendapatkannya" (Matius 16:24-25).
Roh Allah Melawan Roh Kudus
Islam adalah sebuah kekuatan spiritual yang terus-menerus bertentangan dengan Roh Kudus. Dari penampakan luarnya, Islam menindas, menganiaya dan mengusir gereja-gereja Kristus. Sebagai bangsa Eropa, kami tidak dapat membayangkan betapa dahsyatnya orang-orang Kristen Ortodoks telah dihina, direndahkan, dan dianiaya selama 53 generasi terakhir ini. Mereka telah dan masih diperlakukan sebagai warga negara kelas dua oleh negara-negara dengan mayoritas penduduknya yang Islam. Hanya 10% dari anggota-anggota gereja-gereja Kristen mula-mula yang melawan tekanan permanen ini dan menolak untuk memeluk Islam! Mereka lebih memilih kemiskinan dan malu daripada kehilangan keselamatan yang diberikan melalui penyaliban Putra Tuhan.
Barangsiapa yang ingin memahami kondisi yang dialami orang-orang Kristen di dalam negara Islam agar dapat menikmati perlindungan yang meragukan dari negara, harus membaca surat berikut ini. Surat ini didiktekan kepada gereja-gereja di Damaskus dan sekitarnya, namun mereka harus menandatanganinya seakan-akan merekalah yang menulisnya:
Demi nama Allah Yang Pemurah dan Penyayang:
Kami orang-orang Kristen Damaskus (dan distrik-distrik sekitarnya) menyampaikan surat berikut ini kepada hamba Allah, Omar ben Khattab, Pangeran orang-orang beriman.
Ketika anda memasuki negeri ini, kami meminta anda untuk memberikan kami jaminan bahwa anda akan memberikan kami hidup kami dan juga hidup keturunan kami, harta milik kami, dan juga saudara-saudara kami seiman. Kami, sebagai balasannya, akan mewajibkan diri kami sendiri untuk memenuhi kewajiban-kewajiban berikut ini:
Kami berjanji, di masa yang akan datang, untuk tidak lagi membangun gereja, tidak lagi membangun biara, tidak lagi membangun sel-sel monastik, dan juga tidak lagi membangun pertapaan-pertapaan di kota-kota kami. Kami tidak akan merestorasi bangunan-bangunan tersebut di atas jika bangunan-bangunan itu telah rusak atau berada di wilayah pemukiman Muslim.
Kami akan membuka pintu kami untuk orang-orang yang singgah dan para pengelana. Kami akan menyambut semua orang Muslim sebagai tamu kami dan akan memberikan mereka keramahan kami selama 3 hari. Kami tidak akan melindungi mata-mata, baik dalam gereja-gereja kami atau dalam rumah-rumah kami. Kami tidak akan menyimpan rahasia apa pun yang dapat mengusik Muslim dalam cara apa pun.
Kami tidak akan memberikan pada anak-anak kami instruksi-instruksi yang bertentangan dengan Qur’an. Kami tidak akan mengadakan ibadah-ibadah religius kami secara terbuka dan kami tidak akan menganjurkannya dalam khotbah-khotbah kami. Kami tidak akan menghalangi kerabat-kerabat kami untuk memeluk Islam jika mereka menghendakinya.
Kami akan menunjukkan penghormatan kepada orang Muslim dan berdiri jika mereka ingin duduk. Kami tidak akan meniru pakaian mereka, juga topi dan sorban mereka, sepatu dan juga gaya rambut mereka. Kami tidak akan mengadopsi cara mereka berbicara (yaitu, idiom-idiom tertentu mereka), dan tidak akan menggunakan sapaan kepada ayah ataupun anak. Kami tidak akan menggunakan sadel, kami tidak akan memperlengkapi diri dengan pedang, kami tidak akan memiliki senjata, dan tidak akan memanggul benda tajam. Kami tidak akan mengukir huruf-huruf Arab pada segel kami. Kami tidak akan berurusan dengan minuman beralkohol. Kami akan mencukur janggut kami. Kami akan mengenakan baju dan ikat pinggang yang sama kemana pun kami pergi.
Kami tidak akan menunjukkan salib kami atau buku-buku kami di jalanan atau pasar yang sering dikunjungi orang Muslim. Kami akan membunyikan lonceng gereja dengan diam-diam. Kami tidak akan bersuara di tengah-tengah kehadiran orang Muslim. Kami tidak akan mengorganisir arak-arakan publik pada hari Minggu Palem atau Paskah. Kami tidak akan meratap dengan keras pada acara-acara pemakaman kami. Kami tidak akan berdoa dengan cara pamer di jalan-jalan ataupun pasar yang sering dikunjungi orang Muslim. Kami tidak akan menguburkan saudara seiman kami dekat dengan pekuburan Muslim.
Kami tidak akan mempekerjakan budak, yang merupakan milik/properti orang Muslim. Rumah-rumah kami tidak akan lebih tinggi dari rumah orang Muslim.
Ini adalah persyaratan-persyaratan yang telah kami dan saudara-saudara kami setujui. Sebagai balasannya kami menerima jaminan perlindungan. Seandainya kami melanggar salah-satu dari kewajiban-kewajiban ini, yang diwajibkan atas diri kami, kami akan kehilangan hak kami untuk dilindungi dan akan bersedia menanggung hukuman, yang disediakan bagi para pemberontak dan para revolusioner.
Menurut pakar Hukum Islam, Mawardi, sebuah jaminan perlindungan dapat dibatalkan, jika mereka yang mempunyai legitimasi klaim perlindungan tidak melaksanakan poin-poin berikut ini:
Mereka dilarang mengkritik kitab Allah (Qur’an) atau mengklaim bahwa Qur’an telah ternoda.
Mereka dilarang menuduh Rasul Allah telah menyesatkan atau menghinanya.
Mereka dilarang mengkritik atau menyerang agama Islam.
Mereka dilarang menuduh seorang wanita Muslim telah melakukan perzinahan atau mendekatinya dengan alasan pernikahan.
Mereka dilarang membingungkan seorang Muslim untuk menghormati agamanya atau menyentuh barang kepunyaannya.
Mereka dilarang mendukung musuh-musuh bersenjata yang melawan negara-negara Islam atau meminta dukungan dari kerajaan-kerajaan mereka.
Sejak tahun 1973 kami menyaksikan sebuah masa pencerahan Islam yang terang-terangan, karena 20% dari rata-rata keuntungan produksi minyak di negara-negara Islam diperkirakan telah diberikan untuk tujuan-tujuan religius. Sejak saat itu, kegerakan Islam di seluruh dunia semakin meningkat. Larangan-larangan untuk melakukan misi semakin diperketat. Para petobat baru dari latar-belakang Islam seringkali mendapatkan ancaman kematian. Gereja-gereja lokal/penduduk asli mengalami pelecehan dan hampir-hampir tidak pernah mendapatkan ijin untuk mendirikan gedung. Reformasi Islam menuntut introduksi Shariah di dalam semua negara Islam dan bukannya hukum yang berlaku sekarang yang berasal dari jaman kekuatan kolonial. Ini membatasi kemerdekaan dan hak-hak kesetaraan dari orang-orang Kristen lokal dengan sangat besar. Ditambah lagi pekerjaan misi diantara orang Muslim di negara-negara Islam dilarang "oleh pihak otoritas negara", sedangkan misi orang Muslim sedunia di semua benua mengalami kemajuan besar. Mesjid-mesjid bermunculan seperti jamur di semua negara Kristen.
Di Indonesia, sinode-sinode yang besar berkembang di antara suku-suku animistis seperti Batak, Dayak, dan suku-suku lainnya selama masa penjajahan Belanda. Dalam beberapa dekade terakhir, lebih dari 700 gedung gereja telah dirusak atau dibakar habis untuk mengurangi penampakan dominasi Kristen di daerah-daerah dan kota-kota islami. Di Nigeria Selatan, juga dalam beberapa dekade terakhir, orang-orang Muslim mengadakan perlawanan sipil terhadap kelompok minoritas Kristen berulangkali, karena mereka menganggap diri mereka sebagai warga dari negara yang netral dan menolak untuk tunduk terhadap hukum Shariah. Di Mesir, sekelompok wisatawan Swiss diserang di Luxor ketika mereka sedang mengunjungi sebuah bangunan kuil; para wanita diperkosa di depan umum, para pria dibunuh dan mereka semua dikutuki, karena para teroris Islam menolak kehadiran turis-turis asing yang seringkali berpakaian terbuka.
Beberapa tambahan kewarasan Alkitabiah
Banyak orang Kristen di Barat yang belum menyadari bahwa mereka berada di tengah-tengah apa yang disebut sebagai Perang Suci gelombang ketiga yang ofensif. Dimana pun sebuah mesjid dibangun di Afrika, Asia, Eropa dan Amerika, sebuah jembatan agama totaliter didirikan, dalam mana Shariah menjadi sah dan bukannya hukum yang berlaku di negara itu. Tujuan Islam yang tidak pernah berubah adalah pemberlakuan negara teokratis, seperti yang dikemukakan oleh Khomeini dan para penerusnya (Surat 2:193; 8:39, 61:9-11).
Barangsiapa yang mengatakan bahwa Allah di dalam Islam adalah Tuhannya Abraham dan Bapa dari Yesus Kristus, maka ia telah tertipu dan tidak menyadari dimensi apokaliptik serangan Islam. Belum pernah terjadi sebelumnya ada banyak orang Muslim yang tinggal di negara-negara Kristen. Oleh karena ekses jumlah kelahiran orang Muslim berlipatganda setiap 27 tahun atau bahkan lebih cepat, sedangkan orang Kristen di seluruh dunia membutuhkan 54 tahun untuk menggandakan jumlah mereka.
Orang-orang Kristen harus belajar untuk memahami Islam dari sudut pandang Injil dan menginjili orang Muslim dalam nama Yesus. Jika tidak demikian maka Eropa, seperti yang pernah dialami Timur Tengah, akan diperhadapkan dengan kebangkitan yang mengerikan.
Kuis 1
Pembaca yang kekasih!
Jika anda telah mempelajari tulisan ini dengan teliti, anda dapat dengan mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini. Siapa yang menjawab 90% dari semua pertanyaan dalam tulisan-tulisan berbeda dari seri ini dengan tepat, akan memperoleh sebuah sertifikat dari pusat kami di:
Advanced Studies
In Basic Differences between Islam and Christianity
Untuk menyemangati pelayanan anda di masa depan bagi Kristus. Jawaban anda akan sangat dihargai apabila anda juga memuat referensi dari Qur’an.
1. Apa yang dapat anda pelajari dari penaklukkan Islam atas Spanyol dan penaklukkannya kembali oleh orang-orang Kristen selama 700 tahun?
2. Bagaimanakah Ottoman menaklukkan Balkan dan berapa lama waktu dibutuhkan untuk membebaskan Balkan dari kuk penindasan Islam?
3. Di negara-negara Eropa mana hidup lebih dari 100.000 orang Muslim Turki?
4. Bolehkah Turki bergabung dengan Uni Eropa, atau tidak? Argumen faktual mana yang harus dipertimbangkan berkenaan dengan hal ini?
5. Apakah arti kata “Islam”?
6. Seberapa sering semua Muslim harus berpartisipasi dalam doa harian?
7. Apakah artinya penyembahan kepada Allah?
8. Mengapakah Islam disebut sebagai agama yang berdasar pada pembenaran melalui perbuatan?
9. Apa yang anda pahami dari Surat 29:45 dan 35:29-30?
10. Apakah artinya "Allahu Akbar"? dan bagaimanakah kalimat ini menjelaskan konsep Muslim mengenai Tuhan?
11. Apakah pendapat anda mengenai 20 nama paling penting dan karakteristik Tuhan dalam Qur’an?
12. Apakah artinya keesaan Allah di dalam Islam?
13. Mengapa Allah di dalam Islam bukanlah trinitas? Mengapa Islam dengan keras menyangkali gagasan bahwa 3 agama monoteistik?
14. Mengapa seorang Muslim tidak pernah percaya bahwa Tuhan adalah seorang Bapa?
15. Mengapa Qur’an dengan keras menyangkali keilahian status Kristus sebagai Putra?
16. Mengapa Roh Kudus di dalam Islam tidak memiliki/berasal dari natur ilahi?
17. Apakah perbedaan antara kasih Tuhan dengan kemurahan Allah?
18. Dalam hal apa Allah di dalam Islam adalah sebuah roh yang anti Alkitab?
19. Kebohongan apa yang secara sah diijinkan bagi seorang Muslim?
20. Apakah artinya 1 Yohanes 2:22-23 dalam memandang/menilai Islam?
21. Mengapa roh Allah selalu bertentangan dengan Roh Kudus?
22. Apakah yang dapat anda pelajari dari Perjanjian Khalif Omar dengan orang-orang Kristen di Damaskus?
23. Apakah tujuan aktual dari Islam?
Semua peserta kuis ini diijinkan untuk menggunakan buku apa saja yang dikehendakinya dan bertanya pada orang yang dapat dipercayai yang dikenalnya, dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Kami menunggu jawaban tertulis anda termasuk alamat lengkap anda pada surat atau e-mail anda. Kami berdoa untuk anda pada Yesus, Tuhan yang hidup, agar Ia memanggil, mengutus, menguatkan, melindungi dan menyertai anda setiap hari dalam hidup anda!
Saudaramu dalam pelayanan,
Hamba-hamba Tuhan
Kirimkan jawaban anda ke:
GRACE AND TRUTH, P.O. Box 1806
70708 Fellbach, GERMANY
Atau melalui e-mail ke:
Info@grace-and-truth.net