Apakah Allah SWT Pernah Eksis?
Banyak teman teman Muslim kita terlena atas hal-hal yang mendasar. Mereka menerima saja bahwa Allah itu ada. Allah itu berfirman kepada nabiNya. Dan Allah adalah Tuhan yang Mahakuasa. Memang Tuhan itu berbicara. Ia berfirman. Bila Ia BISU, maka konyollah umat yang mentuhankanNya!
TETAPI, Allah SWT sesungguhnya tidak pernah berbicara dengan Muhamad atau dengan umatNya di Arabia. Yang aktual berkata SEPIHAK hanyalah Muhammad sendiri, dan kata-kata ini disandarkan kepada sesosok Ruh yang tanpa jati-diri, yang mengatas-namakan lagi kata-kata tersebut sebagai wahyu, dari Allah SWT yang (sesungguhnya) bisu seribu bahasa. Muhammad dan Allah tidak saling berjumpa, tidak saling bersapa. Dan apa yang dialami oleh Muhammad disini adalah sejalan pula dengan pengalaman moyangnya Ismail, dimana Allah juga tidak pernah berbicara dengannya! Ismail tidak membawa Firman Allah. Ia tidak termasuk garis kenabian dan kitab. Ia juga bukan anak perjanjian yang telah Tuhan tetapkan bagi umat manusia lewat garis keturunan Ishak. Dan ini dikisahkan dalam Alkitab maupun Quran! (QS.29:27).
Selanjutnya, Allah SWT juga tidak Mahakuasa.
Semua Tuhan memang adalah pemilik kuasa adikodrati tertinggi. Per-definisi, Ia disebut Tuhan karena Ia adalah tuannya yang menguasai semesta alam. Tuhan tidak hanya berkata tentang diriNya: “I am the Almighty God”, tetapi justru harus membuktikannya. Bila tidak demikian, Ia bukan Tuhan sejati dan tidak layak disembah sebagai Tuhan.
Namun kembali Allah SWT hanya tuhan yang dislogankan Mahakuasa, dan disembah menurut slogannya, dan dipercaya bermukjizat dahsyat dengan firmanNya “KUN/JADI” dan dipercaya terjadilah itu. Tetapi lagi lagi sayang, faktanya sungguh tidak tersaji.
Muhammad dan umat Allah di Arabia tidak pernah mendengar dan melihat bagaimana ALLAH SPEAK, (berfirman KUN), jadi bagaimana mereka bisa melihat ALLAH DO (berbuat mukjizat)? Tak ada saksi mata yang melihat bagaimana Allah berkata sepatah kata KUN kepada Muhammad atau umat Arab, lalu itulah yang langsung terjadi didepan hidungnya. Semuanya kosong dari mukjizat.
Cukup selintas saja untuk perbandingan dengan KUN-nya Yesus yang dicatat Injil:
“Dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang yang menderita sakit” (Matius 8:16). Atau dengan satu kata “Talita kum!” dan Ia membangkitkan orang mati! (Markus 5:41). Dan ini terjadi secara publik!
JADI, ALLAH EKSIS-KAH?
Sebetulnya, tatkala Allah SWT itu bisu dan tak berkuasa adikodrati, maka sudahlah cukup bukti bahwa itulah allah yang bukan Tuhan, by definition!
Tapi Quran, Muhammad dan Muslim tetap saja mengklaim bahwa ALLAH itu EKSIS, hadir dimana-mana, bahkan Allah dipercaya telah berkata:
“Kami lebih dekat kepadanya (manusia) daripada urat lehernya” (50:16).
Sayangnya itu hanya klaim kosong. Jangankan Allah ada sedekat urat leher setiap mahlukNya, bercakap-cakap satu kalipun tidak pernah Dia lakukan langsung kepada Nabi Terdekat-Nya! Walau nama nabiNya sempat disebutkan 4 kali dalam seluruh Quran, namun tidak seayat pun Allah ada memanggil dia secara pribadi, berduaan, dan dekat, “Hai, (engkau) Muhammad…” .
Maka Islam tak dapat merujukkan manifestasi kehadiran Allah yang bisa dilihat atau dirasakan oleh Muhammad maupun umatNya. Allah bukan God that speak AND manifest Himself.
Allah-Islam tidak muncul dari eksistensi diriNya seperti yang disifatkan dengan istilah kekekalan “pada mulanya” (Kejadian 1:1, dan Yohanes 1:1), melainkan muncul dari Allah-pagan sesembahan orang tuanya, paman dan kakeknya dll yang tidak pernah masuk Islam, namun yang salah satu Tuhannya termasuk ALLAH (al-Ilah). Muhammad tidak pernah membatalkan sosok Allah pagan yang disembah orang-orang Arab. Ia malahan mengadopsikannya ke dalam Islam bersama dengan segala ritual-pagan seperti yang tampak jelas pada ibadah Haji, yang tidak dikenal oleh para nabi nabi sebelumnya.
Allah Islam dan Allah-pagan ini, Sama NAMANYA, sama KARAKTER-INTINYA.
Keduanya tinggal di BAIT yang sama.
Yang sama-sama bisu tidak berfirman.
Yang sama sama ditakuti dan dislogan sebagai “Yang Mahakuasa”, tapi yang sama-sama pula tidak menampilkan ujud kuasanya yang bagaimana.
Beda Allah-Islam dengan Allah-Pagan sesungguhnya hanyalah satu bentuk reformasi Godship, ke-allahan yang tadinya politeistis kini secara misterius menjadi monoteis.
Allah Islam yang Esa disimbolkan oleh sisa tunggal hasil penghancuran 359 patung ilah-ilah lainnya oleh Muhammad di seputar dan di dalam Ka’bah. Muhammad menyisakan satu Batu Hitam disudut selatan Ka’bah yang sebelumnya juga merupakan sesembahan para pagan! Tidak ada orang yang tahu kenapa Muhammad menyisakan satu batu-wasiat, Batu Hitam eks-berhala yang pernah memberi dia kehormatan ketika dipindahkan ke sudut Ka’bah. Terlebih lagi kenapa batu itu harus diciumnya sambil memanggil nama Allah kepadanya:
“Labbaik allahuma labbaik” (Ya Allah atas panggilanMu aku datang kepadaMu, Hadis Muslim 1150)?
Muslim merefleksikan ini sebagai representasi dan lambang keberadaan ALLAH yang Tawhid. But how the existence of Allah could be represented by an idolized stone? Bagaimana Allah-pagan tiba-tiba bisa “direformasikan” hanya oleh ulah fisik Muhammad yang menghancurkan semua patung berhala kecuali SATU? Lalu yang satu itu boleh merepresentasikan ke-Esa-an Allah yang satu-satunya, yang berazazkan Tawhid? Semua ini hanya memperlihatkan betapa tangan Si dalang telah mewayangkan seorang tuhan yang berasal dari Allah pagan. Dan apabila sosok allah itu “seperti ada”, maka ia hanyalah hasil diada-adakan oleh manusia belaka!
Bandingkan dengan keberadaan Tuhan Alkitab yang menjumpai nabiNya, yang juga ditegaskan di Quran, apalagi di Alkitab. Lihat betapa Allah hadir, eksis dihadapan para nabiNya:
ADAM, ketika Allah berkata: “Hai Adam… (2:33, 35; 7:19; 20:117, 120 dll)
NUH, dan Allah berkata: “Hai Nuh… (11:46, 48).
IBRAHIM, banyak dialog terjadi langsung… (2:124, 125, 126, 127-131, dll)
MUSA, banyak sekali dialognya menuntun Musa melawan Firaun dll. Cukup dikutib disini, “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung” (4:164)
ZAKARIYA, doa dan dialog langsung dengan Allah… (19:1-10)
YAHYA, dan Allah berfirman: “Hai Yahya…. (19:12).
ISA/ YESUS, bukan main banyaknya! Namun yang akan dikutib disini terambil dari Injil didua kejadian dahsyat yang berbeda, dimana Bapa Sorgawi muncul menampakkan keberadaanNya dihadapan saksi-saksi mata:
“…terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “INILAH ANAK-KU YANG KUKASIHI, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Matius 3:16-17).
“Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.” (Lukas 9:35).
Akhirnya, sesungguhnyalah keberadaan Allah adalah kosong, dan ini diakui diam-diam dalam Buku yang tidak diedarkan lagi, yang berjudul “The Message of the Quran” yang setelah disertifikasi oleh Al-Azhar Al-Sharif Islamic Research Academy di Kairo (pada tanggal 27 Desember 1998), diakuilah oleh otoritas dengan rasa berat bahwa tidak ada bukti apapun untuk keberadaan Allah, dan memang tidak mungkin membuktikan-Nya.
Sumber artikel: bacabacaquran.com