Menggugat Kalimat Syahadat: Siapakah Allah Yang Meniadakan Tuhan Selainnya? (BAGIAN KEDUA)

Oleh: RAM KAMPAS

 

MENGGUGAT KEBESARAN ALLAHU AKBAR

Siapa didunia ini yang belum kenal teriakan takbir Allahu Akbar dewasa ini? Agaknya cuma sedikit. Tetapi siapa diantara mereka yang bertakbir itu bisa membuktikan esensi dari teriakannya?

Kapankah Allah hadir bermanifestasi dalam keakbaran kuasa dan mulia-Nya? Yang terlihat justru bukan itu, melainkan “keakbaran” sekelompok orang-orang yang ber-eufora menyemangati atau merayakan kemenangan duniawi belaka. Bahkan slogan ini makin kerap dikaitkan dengan kekerasan, perusakan, kebengisan dan pembunuhan musuh-musuh Islam, ataupun sesama Islam yang berlainan mazhab dan perjuangan. Allah telah dibawa-bawa untuk merusak dan membunuh peradaban!

 

Allah dan utusanNya tidak mendemonstrasikan kuasa-keakbaran Allah

Lebih khusus lagi, kita telusuri balik ke zaman munculnya sebutan tersebut. Kapankah Allahu Akbar memperlihatkan kebesaran tanda kuasa mujizat Allah didepan Nabi-Nya dan kaum Arab? Allah SWT tidak bermujizat adikodrat. Jibril tidak bermujizat adikodrati. Muhammad Rasul-Nya tidak berdaya, dan malah menghindar dan berdusta ketika ditanyakan mana kuasa adikodratinya (10:20, 13:7, 29:50, 17:90-92 dll). Tanda dan bukti bagi keilahian-Nya yang akbar tidak bisa dimunculkan. Bahkan Allah tidak tampak ADA baik bagi Muhammad maupun Jibril! Tidak ada bukti hubungan Jibril dan Muhammad dengan Allah-nya selain klaim. Tidak dalam bentuk komunikasi, atau dalam manifestasi Allah yang terkecil apa saja. Semuanya KOSONG! Yang ada hanya kisah-kisah ulang aspal (asli tapi palsu) yang berupa retelling stories dari kehadiran Tuhan pada umat Israel, bukan pada umat Arabia di jaman Muhammad!

 

Sebaliknya YAHWEH, Gabriel dan nabi-Nya penuh dengan penyataan kuasa di sepanjang zaman

Ini bertolak belakang dengan YAHWEH, Tuhan yang bermanifestasi, berbicara langsung dan hadir dalam sejarah,  berkuasa bermujizat dan bernubuat disepanjang kehidupan nabi-nabi-Nya! Demikian pula Malaikat Tuhan – seperti Gabriel – selalu  tampil dengan kuasa mujizat/nubuat bagi target yang dikunjunginya. Perhatikan baik-baik bahwa Malaikat Gabriel (awas, bukan ruh Jibril Islam!) menubuatkan dengan persis bahwa Maryam maupun istri Zakharia akan langsung hamil, sekalipun mustahil (yang satu perawan, yang lain mandul tua). Perhatikan pula bahwa Gabriel berkuasa adikodrati menghukum Zakharia menjadi langsung bisu karena tidak beriman kepadanya! Dan semua komunitas menyaksikannya! Lihat Musa membawa umatnya menyaksikan dahsyatnya tangan Tuhan mematahkan kuasa Firaun dan rintangan alam dan laut Teberau, penyembuhan yang sakit serta memberi makan dari langit SETIAP HARI, selama 40 tahun.

Sedangkan Yesus membawa muridnya dan semua orang Isreal menyaksikan SETIAP HARI mujizat kesembuhan untuk setiap penyakit apaun! Pembangkitan orang mati, penaklukkan setan, badai dan gelombang, memberi ribuan orang makanan berlimpah, mendengar suara dan melihat kemuliaan Tuhan dari sorga. Menyaksikan kebangkitan diriNya dari kematian kubur, dan kepulangan-Nya naik kesorga.

 

MENGGUGAT 99 NAMA ALLAH

Apa kebesaran essensial yang terdapat dalam nama Allah yang berarti The God? Semua tuhan pastilah juga dianggap The God. Teriakan “Tuhan kami satu dan mahakuasa” yang diteriakkan pelbagai agama tidak menjadikan tuhannya istimewa. Semuanya memang dianggap (walau samasekali tidak terbukti) sama-sama mahakuasa secara generik, yang turut mengatur kehidupan manusia secara generik, sehingga Ia harus disembah agar manusia mendapatkan berkat dunia akhirat dan terhindar dari petaka. Ya, itu semua adalah hal-hal generik belaka dari semua allah The God. Oleh karena itu Ulama Islam merasa perlu menambahkannya dengan “allah-plus” dengan melekatkan 99 Al-Asma Al-Husna kepada diri Allah. Maka terhimpunlah 99 nama atau sifat-sifat Allah yang dikeramatkan bagi setiap penyembahan Muslim. Akan tetapi adakah mualaf dan Muslim diberitahukan oleh Ulamanya kalau-kalau Muhammad pernah bertanya kepada Tuhannya: “Siapa nama-Mu”? Tidak pernah! Tetapi kenapa dalam Alkitab, Musa dan Manoah dapat menanyakan hal itu kepada Tuhannya? (lihat Keluaran 3:13, Hakim 13:18).  Dan sudahkan diberitahukan Ulama bahwa ke-99 nama itu bukan semuanya asli berasal dari Quran, dan tidak semuanya dikutip asli apa adanya dari teks Quran (verbatim)? Melainkan sebagian nama-nama tersebut juga diturunkan dari bentuk-bentuk kata-kerja, atau didasarkan pada sebutan-sebutan teologis semata? Jadi, absahkah nama-nama Allah yang ditetapkan itu, dan dari mana asalnya bilangan misterius 99 itu? Ini semua perlu dikritisi ulang terlebih-lebih tentang aspek-aspek mendasar yang tidak dijelaskan utuh kepada para mualaf:

(a) Bahwa 99 nama agung itu tidak berasal dari satu ayat atau satu surat wahyu yang sekaligus menyebutkan 99 nama/sifat diri-Nya. Bilangan 99 itu melainkan hanyalah hasil himpunan, penggalian dan pencaharian teolog-teolog Islam dari pelbagai ayat dan surat yang terserak dari Quran (terambil 72 atau 73 nama saja) dan sisanya terambil dari Hadis.

(b) Bahwa setiap nama-nama tersebut tidak terambil dari jumlah (frekuensi) sebutan yang sama dalam Quran (atau lainnya). Beberapa nama disebutkan lebih dari seratus kali dalam Quran (seperti Ar-Rahman, Al-Rahim, Al-Alim). Yang lain bisa disebut hanya 1 atau 2 kali, atau bahkan tidak tersebut secara eksklusif melainkan hanya secara implisit digali diantara ayat yang bersangkutan.

(c) Bilangan ajaib 99 hanya bilangan akrobat yang dimainkan oleh para penghimpun Asmaul Husna. Padahal mudah sekali untuk menemukan nama dan sifat-sifat Allah yang lebih banyak lagi dalam Quran. Misalnya Redhouse di tahun 1880 justru sudah mempublikasikan daftar yang memuat 552 nama Allah. Sedangkan Muhammad Ibn al Nawawi menulis: “Sebuah sekte dari Sufi berkata, Allah mempunyai 1000 nama” (Abd al-Masih, Who is Allah in Islam? p.83-84).

(d) Tetapi untuk memberikan landasan teguh seolah-olah hanya ke- 99 nama itulah keseluruhan jumlah sifat dan nama yang melekat dalam diri Allah secara utuh (pas tasbih 3x33), maka dijanjikanlah bonus “masuk surga” sebagaimana diriwayatkan Abu Huraira dalam hadis:

“Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, yaitu 100 dikurangi 1. Barangsiapa menghafalkannya, akan masuk surga. Sesungguhnya itu witir (angka ganjil). Dia menyukai witir itu” (HR. Imam Baihaqi). Ini jelas merupakan penipuan berlapis dengan mendalilkan hadis. Baik menipu jumlah angkanya, menipu witir sebagai bilangan kesukaan Allah, dan menipu umat dengan mengobral “jaminan masuk ke surga” dengan menjadikan 99 nama-nama Allah itu sebuah mantera yang dihafalkan.

(e) Dikatakan bahwa “Allah memiliki 99 nama, yaitu 100 dikurangi 1”, jelas itu adalah angka acakan manusia, BUKAN Allah. Andaikata Allah sendiri yang mengatakannya, maka Ia sedikitnya akan berkata: “Aku Allah, memiliki SERATUS nama!” Dan setelah itu Allah akan menegor keras: “Siapa diantara kalian Muslim yang berani-beraninya mengurangi satu dari jumlah nama-KU?” Kenapa begitu?

(e) YA, ada satu nama yang sangat gamblang muhkamat ditampilkan Quran berulang-kali (!), namun tetap “disingkirkan” orang dari kelompok 99 al-Asma al-Husna. Itulah nama dan gelar hebat Khairul Maakiriin (Pendusta Terbesar, Qs 3:54, 8:30) untuk menjadikan diri-Nya genap “Sang Empunya 100 Nama”. Muslim memahami bahwa Allah SWT terpaksa melakukan tipu-daya tersebut demi hendak menyelamatkan Isa al-Masih dari salib terkutuk! Dan Dia yang Maha Benar, telah terus terang mengaku diriNya sebagai Sang Penipu, juga Penyesat. Karena Dia bebas melakukan apa saja yang Dia kehendaki (QS.48:11, 74:31). Jadi kenapa ada para ulama yang merasa berhak mengkortingkan jumlah nama Allah dari 100 menjadi 99?

(f) Dengan memasukkan nama absah Allah yang keseratus ini, Khairul Maakiriin, maka yakinlah kita siapakah Dia Allah yang satu ini. Sebab sosok yang mau menipu hanyalah sosok yang terbatas (tekor) sumber daya dan kuasanya, sehingga ia terpaksa harus memilih jalan dusta untuk mencapai tujuannya. Padahal kehendak Tuhan tidak bisa dihalangi (48:11) atau dipaksa menjadi berdusta oleh kekuatan/kemuskilan apapun. Ia cukup berkata “KUN” (‘Jadi!’) dan musnahlah semua musuh dan halangan yang ada, dan jadilah apa yang mau dijadikanNya. Maka Khairul Maakiriin bukan siapa-siapa melainkan Si Jahat yang juga menghilangkan nama YAHWEH demi menampilkan ALLAH! Demi menampilkan kisah fiktif Ibrahim tentang pembangunan Ka’bah di Mekah. Demi menampilkan Kiblat baru, Batu lama dalam Baitullah baru, Ritual pagan lama dalam spirit baru, yang kesemuanya menjadi kenajisan YAHWEH, Elohim Abraham, Ishak dan Yakub!

 

PENUTUP GUGATAN (sekalipun masih banyak gugatan lainnya)

Muslim sangat bangga merasa Tauhid-nya sederhana, logis dan mudah dimengerti. Tetapi justru didalam anggapannya yang mudah-sederhana itu, Muslimlah yang pertama-tama mudah disesatkan dalam dualisme dan kekaburan. Sang Pencipta yang dimensinya tak terbatas itu mustahil sederhana dipahami Dzat-Nya dan Nama-Nya! Akhir Surat 112 berkata: “And there is none comparable unto Him” (M.Pickthall). Dan Ahmed Deedat menerangkan: “Apapun yang kau katakan, gambarkan atau pikirkan tentang Allah, itu bukan Allah. Allah lebih akbar daripada itu!” Dengan kata lain, Allah itu bukan ini, bukan itu, dan bukan segala apapun yang dapat digambarkan tentang Dia. Jikalau begitu, bukankah sosok demikian memang tidak eksis bagi dunia?! Senafas dengan itu, bilamana Muslim mengatakan Allah itu SATU, maka “satu” inipun bukan sederhana seperti apa yang Muslim bisa gambarkan. Ia satu DAN bukan satu, alias satu yang kosong atau ONE-BLANKNESS! Apakah itu sederhana?

Begitu pula dengan nama-pribadi-Nya yang seharusnya juga tidak sederhana, tidak pernah mudah dalam segala aspeknya seperti The God saja. Tetapi nyatanya Muslim menerima polos nama Allah the God itu tanpa bertanya apa-apa, padahal Tuhan Alkitab telah berkata: "Mengapa engkau juga menanyakan nama-Ku? Bukankah nama (Ku) itu ajaib?" (Hakim 13:18). Tetapi seperti yang telah dijelaskan diatas, nama ALLAH itu tidak ada yang ajaib. Bahkan tidak jelas makna khasnya dan asal-usulnya diantara sesama nama al-Ilah dan allah para pagan yang generik Maka terhimpunlah 99 nama atau sifat-sifat Allah yang dikeramatkan bagi setiap penyembahan Muslim. Sebelum Islam! Ini amat sangat kontras antara Dzat-Nya yang transendental tak terjangkau dibandingkan dengan nama-pribadinya yang berbau “pasaran-pagan” the God!

Bandingkan dengan apa yang dialami Musa, yang sekalipun tahu bahwa suara dan sosok yang memanggilnya adalah dari Tuhannya, ia masih bertanya (atas nama orang Israel):
“Bagaimana tentang namaNya?” (baca: “siapa nama-Mu”? Keluaran 3:13 ff).

Dan Musa diperintah untuk menyampaikan nama-pribadi Tuhan kepada orang Israel,
“AKU ADALAH AKU”… YAHWEH, Elohim nenek moyangmu, Elohim Abraham, Elohim Ishak dan Elohim Yakub, telah mengutus aku (Musa) kepada kalian: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun”.


Itulah sejatinya nama Tuhan kita yang tidak berubah, yang paling transendental, dan berotoritas yang tidak mampu dicakup oleh akal manusia! Nama kekal yang otentik yang coba digelapkan oleh Muhammad!

 

Ismail dengan ibunya Hagar, mengembara di Bersyeba (puluhan mil dari Yerusalem) dan berdasarkan catatan Alkitab tidak pernah sampai ke Mekkah yang jaraknya ribuan mil dari Israel, dan yang pada masa itu belum berpenghuni.

Selanjutnya, bagaimana dengan Baitullah, Rumah Allah yang diklaim paling-mula dibangun di Mekah oleh Ibrahim? Alkitab bersama bukti dan jejak sejarah, ilmu dan arkeologi semuanya total menafikan dongengan 1001 malam ini.  Kitab Kejadian 21:8-21 dan 25:7-18 menunjukkan dengan jelas bagaimana Hagar dan Ismael mengembara di padang gurun Bersyeba dengan cadangan air minum yang sedikit. Mereka akhirnya menetap di padang Paran, utara gurun Sinai sekitar 1000 mil dari Mekah. Ismael kawin dengan wanita Mesir dan beranak pinak 12 anak, yang kelak menjadi raja suku dan menetap di sebelah timur Mesir kearah Asyur. Ismael sempat diberi kabar tentang kematian ayahnya dan hadir menguburkan Abraham di Hebron. Ini dimungkinkan oleh arah jalan yang dikenal dan jarak yang relatif masih dekat. Mustahil Ismail bisa tahu dan hadir andaikat dia berada di padang antah berantah Mekah? Mekah-pun baru mulai muncul dikenal sejarah pada abad keempat, dan tidak pernah ditemukan bukti bahwa monoteisme Arab pernah mempunyai akar dalam Abraham! Yang ada dan yang dikenal hanyalah Baitullah dengan Ka’bah dan batu Hitam itulah yang SELALU menjadi pusat penyembahan berhala Arab sejak ia tercatat dalam sejarah!

Jadi kisah perjalanan berulang kali Ibrahim ke Mekah (HR Bukhari, sampai 4x bolak balik!) pada tahun 2000 SM sungguh khayalan fiktif Muhammad seorang! Tidak cukup dengan itu, Muhammad masih mencoba meyakinkan orang-orang Arab akan dongengnya yang di label “wahyu Allah” sebagai berikut: “Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa” (87:18-19, 2:136, 3:84). Wah! Kitab Ibrahim sudah eksis dan fisiknya disejajarkan dengan Kitab Musa? Allah menurunkan Kitab-Nya di zaman Ibrahim yang sama sekali belum mengenal abjad dan aksara? Dimanakah Kitab Ibrahim itu pernah tersimpan di bumi atau di Lauh Mahfudz di sisi Allah?

AKHIR KATA, kita rangkumkan konsekwensi Islam ditengah-tengah kekacauan syahadat yang meniadakan Tuhan selainnya, sekalian dengan validitas-nya sebagai pra-syarat iman bagi seluruh pemeluk agama Islam.

  • Semua ayat cantik Quran seumpama “tidak ada paksaan dalam agama Islam” pada dasarnya hanyalah bubu dan jebakan yang berakhir sampai kematian.
  • Mereka yang berteriak Allahu Akbar lalu memenggal kepala orang yang murtad dari Islam atau dianggap kafir, adalah bukti terbalik dari keakbaranNya, dan slogan tak ada paksaan dalam beragama Islam.
  • Allah sendiri tak pernah berkata apa-apa kepada Muhammad dan umat-Nya tentang nama asli-Nya, nama ini melainkan dikeramatkan “taken for granted” – harus begitulah— sejak awal semula dari surga, walau juga diapanggil sama oleh para pagan lainnya.
  • Syahadat Laa Ilaaha illallah dislogankan untuk meniadakan tuhan-tuhan terdahulu dan yang mendatang. Tetapi versi aslinya Taurat Musa justru menyatakan “Tiada allah selain Yahweh”, yang kini diterbalikkan Muhammad secara berani menjadi “Tiada Yahweh selain Allah”!
  • Hanya berdasarkan sebuah klaim Muhammad di abad ke-7 M, Rumah Allah di Mekah tiba-tiba “tercipta” di tahun 2000 SM atas nama Ibrahim dan Ismail (3:96). Akan tetapi semua bukti yang lebih luas dan spesifik dari Alkitab, dari konstruksi sejarah, arkeologi dan logika membantahi klaim kosong tersebut.
  • Namun eksistensi Baitullah 2000 tahun SM itu tampaknya dibatalkan total oleh ketidak-konsistenan Muhammad sendiri lewat pengakuan kontradiktifnya yang bisa di parafrasekan demikian: “Segera setelah itu lahirlah Nabi Sulaiman yang langsung menyelesaikan Baitul Magdis di Yerusalem dalam selang waktu 40 tahun saja”!
  • Ka’bah Baitullah yang diperintahkan kepada Ibrahim untuk dibersihkan bagi orang-orang yang thawaf, i’tikaaf, ruku dan sujud (2:125) nyatanya SELALU hadir najis dalam paganisme Arab. Monoteisme Ibrahim tidak pernah dikenal di Ka’bah hingga ia dibersihkan lagi oleh Muhammad dari patung-patung berhala ribuan tahun kemudian, namun ternyata Ka’bah tetap abadi menyisakan di dalamnya sosok syirik yang ditandai dengan dua muka: RUH Tauhid dan BATU Hajar Aswad yang harus dicium dan diserukan talbiah.
  • Buah karya manusia (100-1) Al-Asma Al-Husna yang disodorkan atas nama Allah yang suka akan angka ganjil juga menjamin orang naik surga dengan cara menghafalkan-nya. Semuanya ini rupanya membatalkan jaminan Allah yang telah menetapkan ketentuan-Nya bahwa semua Muslim masuk ke neraka (19:71).
  • ALLAH dalam namaNya yang ke-100 juga bermain dalam game tipuan Khairul Maakiriin. Jadi dibawah nama ini, dapatkah Islam membuat Muslim dekat dengan Tuhannya dan terjamin dalam kebenaran-Nya?
  • Konsep Allah adalah pagan. In other words, Islam is paganism in monotheistic wrapping paper.   
  • Essensi dari Sosok Allah The God, dan Nama Allah pengganti Yahweh, Allahu Akbar dengan mujizat perkasa, dan Baitullah ex-Ibrahim, Tauhid one blankness, serta Syahadat Laa Ilaaha illallah.…semuanya hanyalah hampa substansi, hingga ada Muslim yang membuktikan sebaliknya, bukan klaim!!


Artikel dipetik dari: www.buktidansaksi.com