Kekerasan Bumerang Bagi Islam
Kami belum pernah satu orang Yahudi pun yang meledakkan diri di sebuah restoran Jerman (bangsa yang pernah membantai Yahudi). Kami belum pernah melihat satu orang Yahudi pun yang membakari gereja. Belum pernah ada satu Yahudi yang memprotes dengan cara membunuhi orang lain. Walau Muslim Taliban telah menghancurkan-leburkan 3 patung suci Budha, belum pernah kami melihat satu orang Budhis pun membalas menghancurkan mesjid, membunuhi Muslim atau membakari kedutaannya. Hanya Muslim yang membela agama mereka dengan cara membakar gereja, menghancurkan kedutaan besar, dan membunuh orang. Tindakan demikian tidak akan membuahkan hasil.
Oleh: Wafa Sultan
Saksikan videonya di SINI
TV Al-Jazeera tanggal 21 Februari 2006 menayangkan sebuah debat-interview dari MEMRI TV Clip yang menggemparkan dunia Islam. Seorang psikiater wanita Arab-Amerika, Dr. Wafa Sultan berdebat dengan Sheik Dr. Ibrahim Al-Khouli. Hasilnya begitu menghebohkan sehingga 3 minggu sesudahnya, Clip tersebut telah dikunjungi lebih dari 3 juta pemirsa pada website MEMRI TV.
Intisari dari debat-interview tersebut juga dipetikkan dan diberitakan dalam halaman depan New York Times, tanggal 11 Maret 2006. Anda dapat menyaksikan Clip ini serta transkrip New York Times yang lengkap dengan mengunjungi www.memritv.org/search.asp?ACT=S 9&P1=1050 dan memri.org/bin/openerlatest.cgi
Dalam debat interview tersebut, Dr Sultan mengkritisi dengan sengit para ulama Muslim, pejuang perang suci dan pemimpin politik yang dianggap telah melencengkan ajaran Nabi Muhammad dan Al-Quran selama 14 abad. Ia berkata bahwa dunia Muslim – yang dibandingkannya terhadap Yahudi – telah jatuh dalam pusaran kasihan diri dan kekerasan.
Dr Sultan berkata bahwa dunia tidak menyaksikan adanya bentrokan antar agama atau budaya, melainkan pertarungan antara modernitas dan barbanisme, suatu pertarungan dimana kekuatan kekerasan dan reaksioner Islam dipastikan akan dikalahkan.
(Inilah yang dikatakannya):
Wafa Sultan: “Bentrokan yang kita saksikan di seluruh dunia ini bukanlah bentrokan antar agama-agama atau antar budaya, melainkan bentrokan antara dua kubu yang saling bertentangan, antara dua era. Ini sebuah bentrokan antara mentalitas milik abad pertengahan terhadap mentalitas milik abad ke-21. Ini sebuah bentrokan antara peradaban dan keterbelakangan, antara yang beradab dan yang primitif, antara barbaritas dan rasionalitas. Inilah bentrokan antara kebebasan dan opresi, antara demokrasi dan diktator. Ini juga bentrokan antara HAM di satu pihak dengan pelanggaran HAM di pihak lain. Ini bentrokan antara mereka yang memperlakukan perempuan seperti hewan dan mereka yang memperlakukannya sebagai sesama manusia. Jadi yang kita saksikan sekarang bukanlah bentrokan peradaban. Sebab peradaban tidak saling berbentrokan, melainkan saling bersaing.”
Pertanyaan Host: “Siapa yang memulai dengan konsep bentrokan peradaban? Bukankah Samuel Huntington? Jelas itu tidak diprakarsai oleh Osama Bin Laden. Bolehkah kita membahas isu itu?
Wafa Sultan: “Pihak Muslimlah yang pertama-tama menggunakan pernyataan ini. Muslimlah yang memulai bentrokan peradaban ini. Nabi Islam berkata: “Saya diperintahkan untuk memerangi mereka sampai mereka percaya kepada Allah dan RasulNya.” Ketika Muslim membagi dunia menjadi Muslim dan Non-Muslim, dan menyatakan perang kepada Non-Muslim sampai mereka tunduk pada Allah dan RasulNya, maka merekalah yang memulai bentrokan ini, dan memulai perang ini.
Untuk memulai perang ini, mereka mendapat dasar hukumnya dari dari buku-buku Islam yang penuh dengan seruan untuk takfir (tuduhan terhadap bida’h) dan permusuhan terhadap kafir.
Ada teman Muslim saya yang mengatakan Ia tidak pernah menghina kepercayaan orang lain. Namun peradaban manakah di dunia ini yang memanggil Non-Muslim dengan kata-kata yang mereka sendiri tidak suka kalau diarahkan pada mereka? Sekali ia memanggil Non-Muslim itu Ahl Al-Dhimma, tetapi diwaktu yang lain Muslim memanggil mereka “Ahli Kitab,” dan pada kesempatan yang lainnya lagi Muslim menyebut mereka sebagai monyet dan babi (bahkan, binatang yang sejahat-jahatnya, Surah 8:55). Atau ia memanggil orang Kristen “mereka yang dimurkai Allah.”
“Siapa bilang mereka ‘Ahli Kitab’? Mereka bukan Ahli Kitab, mereka hanyalah orang dengan banyak kitab-kitab! Semua buku-buku ilmiah yang berguna bagi dunia saat ini adalah milik mereka, buah hasil pemikiran bebas dan kreatif mereka. Apa hak anda menyebut mereka sebagai “Orang-orang yang dimurkai Allah” atau “Orang-orang yang telah sesat”, dan lalu datang ke sini untuk berkata manis bahwa agamamu melarangmu menghina kepercayaan orang lain?”
Dr. Ibrahim Al-Khouli: Anda seorang heretik, penganut agama bidat?
Wafa Sultan: Anda boleh bilang apa saja. Saya seorang sekuler yang tidak mempercayai hal-hal supranatural...
Dr. Ibrahim Al-Khouli: Jikalau anda heretik, tidak ada gunanya saya menantang anda, karena anda pada dasarnya telah menghina Islam, Nabi dan Quran...
Wafa Sultan: Apa yang saya percaya adalah urusan saya, bukan urusan anda.
Wafa Sultan: Saudara, silahkan anda percaya pada batu, selama anda tidak melemparkan batu itu kepada saya. Anda bebas menyembah apa saja, namun kepercayaan orang lain bukanlah urusan anda. Apa urusan anda sesungguhnya kalau ada orang mempercayai bahwa Sang Mesias (Al-Masih) adalah Tuhan, putera Maryam? Atau bahwa Setan adalah Tuhan, putera Maryam? Biarlah orang mempercayai apa yang mereka mau percayai.
Wafa Sultan: Bangsa Yahudi telah mengalami tragedi Holocaust (pembantaian jutaan orang Yahudi) dan dunia terpaksa menghormati mereka karena sumbangan pengetahuan mereka, bukan sumbangan teror. Mereka bisa sukses lewat kerja keras, bukan lewat menjerit-jerit dan berteriak-teriak. Dunia patut berterimakasih atas penemuan dan kemajuan sains yang dicapai oleh para ilmuwan Yahudi pada abad ke-19 dan 20 ini. Ada 15 juta orang Yahudi tersebar di seluruh dunia, bersatu dan memenangkan hak mereka lewat banting tulang dan peras otak mereka.
Kami belum pernah satu orang Yahudi pun yang meledakkan diri di sebuah restoran Jerman (bangsa yang pernah membantai Yahudi). Kami belum pernah melihat satu orang Yahudi pun yang membakari gereja. Belum pernah ada satu Yahudi yang memprotes dengan cara membunuhi orang lain.
Walau Muslim Taliban telah menghancurkan-leburkan 3 patung suci Budha, belum pernah kami melihat satu orang Budhis pun membalas menghancurkan mesjid, membunuhi Muslim atau membakari kedutaannya. Hanya Muslim yang membela agama mereka dengan cara membakar gereja, menghancurkan kedutaan besar, dan membunuh orang. Tindakan demikian tidak akan membuahkan hasil.
Muslim seharusnya bertanya pada diri sendiri, sumbangan apa yang dapat mereka bagikan kepada kemanusiaan, sebelum mereka berani-beraninya menuntut dunia untuk menghormati mereka...”
Lebih jauh dengan Dr. Wafa Sultan:
Saya percaya orang-orang kami ini adalah tawanan dari kepercayaan dan ajaran kami sendiri”, demikian kata Dr. Sultan dalam sebuah interview baru-baru ini di rumahnya di pinggiran Los Angeles. “Pengetahuan telah membebaskan saya dari pengetahuan yang terkebelakang ini. Seseorang perlu untuk membantu memerdekakan teman Muslim dari kepercayaan yang keliru ini.”
Dr. Sultan dibesarkan dari keluarga Muslim tradisional di Banias, Syria. Ayahnya adalah pedagang beras, seorang Muslim yang taat, dan anak ini pun mengikuti iman sang ayah secara ketat hingga dewasa. Namun, kata Dr. Sultan, hidupnya berubah di tahun 1979 ketika ia masih mahasiswi kedokteran di Universitas Alleppo, di bagian utara Siria. Ketika itu, organisasi radikal Muslim Brotherhood sedang memanfaatkan terorisme guna melemahkan pemerintahan Presiden Hafez Al-Assad. Para penembak dari Muslim Brotherhood mendobrak masuk ke dalam suatu kelas dan universitas dan membunuh profesornya di depan matanya, demikian tuturnya.
Mereka menembak ratusan peluru kepada profesornya sambil berteriak: “Allahu Akbar!”Sejak itulah kepercayaan saya gugur terhadap Allah mereka, dan saya pun mulai mempertanyakan semua ajaran-ajaran kita. Itulah titik balik dari hidup saya. Saya harus pergi. Saya harus mencari Tuhan yang lain...
Wafa Sultan: Memang bahwa pembunuhan adalah sebuah terorisme tersendiri, dimana pun dan kapan pun terjadinya. Namun ketika hal itu dilakukan atas perintah dan aturan dari Allah, maka semuanya menjadi lain...”
Wafa Sultan: Kenapa seorang muda Muslim dalam usianya yang sedang prima- primanya, dengan kehidupan yang penuh ke depan, namun pergi untuk meledakkan dirinya (bom bunuh diri)? Betapa dan kenapa ia meledakkan dirinya di dalam sebuah bus yang penuh dengan penumpang yang tidak berdosa?
Ya, dibanyak negara kita (Islam), agama adalah sumber pendidikan satu-satunya. Itulah mata air satu-satunya darimana seorang teroris meminumnya untuk memuaskan dahaganya. Teroris itu tidak dilahirkan teroris dan tidak menjadi teroris dalam satu malam. Ajaran-ajaran Islam memainkan peran dalam merajut pakaian ideologinya – benang demi benang tanpa membolehkan sumber lainnya untuk berperan (sumber ilmu dan pengetahuan lainnya). Ajaran sepihak inilah yang melencengkan teroris ini serta membunuh kemanusiaannya. Jadi, berbeda dengan pendapat sebagian orang, itu bukanlah pelencengan ajaran dan salah paham dari si teroris...
Di seluruh dunia Islam para ulama telah mengutuk dirinya (Dr. Sultan) dan telepon answering-machinenya dipenuhi dengan ancaman-ancaman jahat. Namun para reformer Islam telah memuji unjuk bicaranya yang lantang dalam bahasa Arab dan dalam jaringan TV yang paling luas jangkauannya di dunia Arab, yaitu menyangkut hal yang hanya berani diutarakan oleh segelintir Muslim saja.
“Saya tidak takut”, kata Dr. Sultan....
“Saya percaya atas apa yang saya sampaikan. Ini ibarat perjalanan sejuta mil, dan saya yakin saya telah memulai perjalanan 10 mil yang pertama dan yang paling berat.”...
Dr. Sultan sedang menulis sebuah buku yang apabila jadi terbit, akan membalikkan dunia Islam.... Buku tersebut direncanakan berjudul: “Narapidana Yang Lolos: Ketika Allah Adalah Monster Yang Mengerikan”
“Saya telah mencapai titik yang tidak bisa dibalikkan lagi. Saya tak ada pilihan lain. Saya akan bertanya terus terhadap setiap butir ajaran-ajaran dari Kitab Suci