MEHDI DIBAJ
Tahun 1994
Pendeta Mehdi Dibaj dari Iran telah dipanggil menghadapi pengadilan. Di pengadilan itu, dia diberikan kesempatan untuk membela dirinya dan menjelaskan mengapa dia telah berpindah dari agama lain menjadi pemeluk agama Kristian. Semua mata tertuju kepadanya ketika dia memberikan jawabannya.
Adapun jawabannya sebagai berikut : “Orang memilih agama, tetapi seorang Kristian dipilih oleh Saidina Isa Alaihisalam. Menjadi seorang Kristian berarti menjadi milik Al-Masih. Baginda memintaku untuk meninggalkan kehidupan lamaku dan mengikut-Nya dengan taat-setia. Sekalipun itu berarti saya harus dibenci oleh dunia dan juga tubuh saya harus binasa. Saya tahu pasti bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa beserta dengan saya.
“Saya berada di dalam tangan Tuhan. Selama 45 tahun saya berjalan di dalam mukjizat Tuhan dan kasih karunia-Nya telah melindungi saya. Tuhan Daniel, yang melindungi Daniel dan teman-temannya juga akan menyertai saya selama di penjara. Tuhan akan menyatakan kebaikan dan kasih-Nya melalui siksaan yang akan saya alami.
“Dari semua nabi-nabi yang ada, hanya Rabboni Isa yang bangkit dari antara orang mati dan Dia tetap tinggal di dalam hati kita, lewati Rohul Kudus Baginda. Saya menyerahkan hidup saya ke dalam tangan-Nya. Bagi saya, hidup itu adalah sebuah kesempatan untuk melayani Tuhan dan kematian itu suatu kesempatan yang berharga untuk berkumpul kembali bersama dengan Baginda.”
Mehdi Dibaj dan keluarganya percaya kepada Saidina Rabboni Isa Al-Masih dan telah menjadi orang Kristian. Dia menterjemahkan buku-buku rohani dan siaran radio rohani ke dalam bahasa Parsi, yang banyak digunakan oleh orang Iran. Dia ditangkap pada tahun 1985 dan dituduh mengingkari agama yang pertama kali dianutinya. Dia dijatuhi hukuman mati atas ‘pelanggaran’ tersebut.
Di Iran, umat Kristiani yang baru bertobat biasanya mengalami tekanan yang keras ditangan orang Muslim. Beberapa di antara mereka bahkan mengalami penganiayaan, penyiksaan dan pembantaian. Dia sendiri telah dimasukkan ke dalam sebuah lubang selama dua tahun di mana dia tidak dapat menjulurkan kakinya. Seringkali dia mengalami kram di sebahagian tubuhnya. Ketika dia dipenjara, istrinya dipaksa untuk menikah dengan seorang pemeluk ‘agama lain.’
Ketika Dibaj menolak dengan tegas untuk menyangkali imannya, dia dijatuhi hukuman mati. Satu bulan kemudian dia dibebaskan karena adanya tekanan dari pihak Internasional. Beberapa saat setelah dibebaskan, dia ditemukan meninggal dunia dalam taman. Insiden ini diyakini dilakukan oleh pemimpin ‘agama lain’ yang tidak senang terhadap Saudara Mehdi Dibaj.
Ketika Mehdi Dibaj dipenjarakan, keempat anaknya dipelihara oleh seorang pendeta yang bernama Mohammed Ravanbakhsh. Dua tahun setelah kematian Dibaj, Ravanbakhsh juga menjadi martir (syahid). Dia telah digantung di sebuah pohon di hutan dekat Ghaem-Shahr. Walaupun kehilangan ayahnya, keempat anak tersebut tetap percaya kepada Saidina Rabboni Isa.
Bukan kamu yang memilih Aku,
Tetapi Akulah yang memilih kamu.
Yohanes 15:16
Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku,
Sekarang kuanggap rugi karena Al-Masih.
Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan
Al-Masih Isa, Junjunganku, lebih mulia daripada semuanya.
Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampa,
Supaya aku memperoleh Baginda.
Filipi 1:7 – 8
Kisah Benar ini dikutip daripada Buku ‘Batu-Batu Tersembunyi : Kisah Para Martir (Syahid) Sepanjang Abad’