DAFTAR KANDUNGAN
4. Hazrat Isa Penyelamat Atau Pembuat Onar?
5. Membawa Tongkat Atau Tidak?
6. Matahari dan bulan mengelilingi bumi atau sebaliknya?
4. Hazrat Isa Penyelamat Atau Pembuat Onar (kekacauan)? |
A. Sebab Allah mengutus anakNya ke dunia bukan untuk menghakimi dunia tetapi untuk menyelamatkannya oleh Dia (Yahya 3:17)
B. Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi, Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari mertuanya, dan musuh orang ialah seisi rumahnya. (Matius 10:34-36)
Kalimat A. menguraikan maksud Tuhan dengan mengutus Yesus ke dunia. Tuhan sendiri tidak ingin membawa pedang, bukan. Tuhan berkeinginan untuk menyelamatkan manusia. Namun manusia diberi kemampuan membuat pilihannya sendiri dan berada dalam keadaan berdosa atau dengan kata lain berontak terhadap Tuhan. Karena itu boleh terjadi keadaan menurut B. di atas, konflik antara manusia sendiri karena yang satu ingin mengikuti Tuhan dan yang lain berontak terhadap Tuhan.
Kalimat B. adalah gambaran tentang reaksi negatif terhadap kehadiran Yesus di dunia. Kegelapan dosa tidak tahan terhadap terang kebenaran, sehingga memberontak dan pemberontakan ini yang mengakibatkan konflik yang diuraikan disini. Yesus pada Injil Matius 10:34-36 mengatakan bahwa konflik ini pun boleh terjadi dalam satu keluarga.
Sepanjang sejarah terjadi banyak sekali kasus anggota keluarga yang marah karena ada anggota keluarga lain yang bertobat mengenal Kristus dan menganut agama Kristian. Bahkan di abad ke-20 sekarang, di beberapa negara di dunia masih ada orang Kristian yang dibunuh oleh kerabat keluarga sendiri karena keluarga tidak setuju dengan keputusan masuk agama Kristian.
Dalam hal ini, pedang yang dibawa, bukan oleh tangan orang yang baru masuk agama Kristian, tetapi yang membawa pedang adalah penganut agama lain yang menuntut kematian anggota keluarga yang meninggalkan agama lama yang dianut oleh keluarganya.
Ayat Matius 10:34-36 ini, sama sekali bukan berarti orang Kristian dengan sengaja mencari konflik dengan keluarganya. Sesuai perintah lain dalam Al-Kitab, orang Kristian harus menghormati dan mengasihi anggota keluarganya. Bahkan jikalau keluarga sendiri menjadi musuh, mereka harus tetap dikasihi karena Yesus mengajar supaya orang Kristian mengasihi musuhnya (Matius 5:44).
Dalam hal ini, tidak ada kontradiksi antara Yahya 3:17 dengan Matius 10:34-36, karena reaksi negatif yang timbul terhadap orang yang masuk agama Kristian diakibatkan oleh dosa dan pemberontakan di dalam orang atau bahkan anggota keluarga sendiri yang bereaksi negatif alias mengangkat pedang.
Yesus pada lain tempat mengajarkan supaya tidak menggunakan pedang, tetapi yang dimaksudkan pada ayat Matius 10:34-36 ini adalah pedang yang dibawa oleh mereka yang menolok dan berontak terhadap pengajaran Yesus. Menurut Yesus, tidak semua orang akan bereaksi dengan damai terhadap pemberitaan Injil. Akan juga ada orang-orang yang akan bereaksi terhadap pemberitaan Injil dengan mengangkat pedang melawan mereka yang membawa Injil itu.
5. Membawa Tongkat atau Tidak? |
A. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. (Matius 10:10)
B. Dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, (Markus 6:8)
Pertanyaan ini menuduh bahwa penulis Injil menimbulkan kontradiksi yang menyangkut adanya izin atau larangan bagi murid-murid-Nya untuk membawa tongkat dalam perjalanan mereka.
Pertanyaan ini timbul karena salah paham mengenai penggunaan bahasa Hunani, yaitu "ktaomai" dalam Injil Matius dan "airo" dalam Injil Markus, kedua-duanya yang diterjemahkan dalam Alkitab bahasa Indonesia dengan menggunakan kata "membawa."
Dalam Injil Matius dapat kita baca kata "membawa" (Alkitab King James: "Provide" atau "sediakan") yang bersumber dari kata "ktaomai" dalam bahasa Hunani. Sesuai kamus bahasa Hunani, kata ini berarti, "mencari untuk keperluan sendiri, memperoleh, mendapatkan melalui proses pembelian atau proses lain."
Sebagai informasi lagi, dalam Injil Matius terdapat kata lain yang digunakan untuk maksud transaksi pembelian, yaitu "agorazo" sehingga "ktaomai" harus diartikan lebih luas, yaitu fungsi logistik seperti "cari/peroleh/ambil" yang konsisten dengan makna kata "take" dalam bahasa Inggeris. Karena itu, Yesus di Injil Matius mengatakan: "Jangan mencari sesuatu lagi selain apa yang ada padamu. Pergilah dalam keadaan seadanya."
Sedangkan kata bahasa Hunani untuk "membawa" dalam Injil Markus 6:8 adalah "airo" yang sesuai arti luas untuk "take" dalam bahasa Inggeris, yaitu 'mengambil/mengangkat dan membawa" seperti halnya dengan bagasi atau barang bawaan. Sehingga dalam hal ini, terdapat perbedaan arti pesan dalam Injil Matius dan Injil Markus. Injil Matius memesan supaya tidak "memperoleh" tongkat dan lain-lain dalam arti perolehan logistik sedangkan Injil Markus memesan supaya tidak "mengambil/mengangkat dan membawa" kecuali tongkat.
Injil Matius 10 dan Injil Markus 6 sama-sama mengatakan bahwa Yesus menyuruh murid-murid-Nya supaya tidak membawa perlengkapan _tambahan_. Sesuai Injil Matius 10:10 mereka tidak diperbolehkan untuk "ktaomai" atau mencari dan memperoleh serta mengambil tongkat sebagai bagian dari perlengkapan perjalanan mereka. Sebaliknya menurut Injil Markus 6:8, tampaknya mereka tidak dipesan untuk melepaskan atau membuang tongkat yang sudah ada pada mereka.
Sehingga terlihat bahwa perbedaan kata bahasa Hunani antara ayat Injil Matius dan Injil Markus menunjukkan tidak ada kontradiksi.
Namun jawaban ini bukan bersifat definitif, hanya merupakan penjelasan yang dimungkinkan. Perbedaan sangat kecil antara ayat-ayat ini tidak mempengaruhi kesamaan isi substansi Injil pada umumnya.
Seandainya perbedaan ayat-ayat ini benar-benar merupakan kontradiksi, karena pandangan kami terhadap Injil tidak persis sama seperti yang diajarkan kepada orang Muslim mengenai Al-Quran. Apabila perbedaan ayat ini merupakan puncak kontradiksi di Alkitab, padahal Alkitab dianggap "penuh kontradiksi" dan "seluruhnya dipalsukan" maka anggapan demikian tentunya merupakan khayalan belaka.
Seandainya para juru tulis dan penerjemah Kristian bermaksud mengubah naskah Injil yang asli, tentunya "kontradiksi" yang demikian sudah dihilangkan dan tidak ada dalam Injil yang ada dewasa ini. Perbedaan ini justru mendukung keaslian naskah sebagai kesaksian yang ditulis melalui perantaraan manusia mengenai berbagai peristiwa yang terjadi. Dalam hal ini, perbedaan ini menjadi tanda jelas bahwa tidak terjadi pemalsuan naskah Injil sebagai tindakan sengaja.
6. Matahari dan Bulan mengelilingi bumi atau sebaliknya? |
A. Sekarang mari kita lihat dari segi ilmu pengetahuan yang ternaktub dalam Bible, mengingat ada banyak sekali ayat yang membahas mengenai ini, maka saya pilih saja satu diantaranya untuk kita padankan dengan AlQuran dan ilmu pengetahuan modern.
B. Dalam Yosua 10:12,13 mengatakan bahwa matahari dan bulan itu mengelilingi bumi (geosentris), padahal yang sebenarnya adalah heliosentris (bumilah yang mengelilingi matahari).
Bagaimana mungkin Tuhan bisa salah dalam mewahyukan sesuatu hal yang telah diciptakanNya sendiri?
Dalam Kitab Yosua diuraikan posisi matahari dari perspektif Yosua. Hal ini lazim, karena setiap orang yang menggunakan bahasa Inggeris juga berbicara mengenai "the rising of the sun" maupun "the setting of the sun" walaupun mengetahui bahwa bukan matahari yang mengelilingi bumi tetapi sebaliknya. Tidak ada perkataan di Kitab Yosua yang menunjukkan keadaan geosentris.
Dalam hal ini, orang yang ingin menyoalkan ayat-ayat Yosua ini perlu juga mengingat ayat di Al-Quran yang berbunyi sebagai berikut (Sura 18:86):
"Hingga apabila dia telah sampai di tempat terbenam matahari, ia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam ..."
Tentunya kaum Muslim berpegang pada keyakinan bahwa bumi berada dalam keadaan heliosentris, yaitu bumi mengelilingi matahari. Meskipun Al-Quran menceritakan mengenai matahari yang terbenam pada laut berlumpur hitam di bumi, kaum Muslim tidak menganggap ada paham geosentris di dalam Al-Quran.
Sebaliknya, kaum Muslim cenderung mengatakan bahwa yang diceritakan di Al-Quran itu adalah perspektif terhadap matahari dilihat dari mata seorang manusia (Zulkarnain), yang memandang matahari terbenam. Yang diceritakan di Kitab Yosua juga menggambarkan perspektif seorang manusia, karena berdiri di atas permukaan bumi yang nampaknya tidak bergerak dalam posisinya terhadap matahari.
Jikalau Al-Quran boleh menceritakan mengenai matahari terbenam di laut berlumpur hitam dan hal ini dan tidak dianggap mengajarkan hubungan matahari-bumi yang geosentris, maka demi konsistensi dan kejujuran pendapat, tentunya ayat-ayat di Yosua yang disoalkan di atas, juga tidak boleh dianggap mengajarkan keadaan geosentris seperti disoalkan. Karena itu, tidak ada alasan bagi kaum Muslim untuk menyoalkan ayat-ayat Kitab Yosua yang disebut di atas, dan tidak ada alasan bagi mereka untuk menyangka bahwa Alkitab salah menceritakan mengenai ciptaan Tuhan.