Tantangan Muhammad Dalam Surat Semisal Quran Malah Membuktikan Kepalsuan Al Quran
Oleh: Ram Kampas
“Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (semisal) Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain” (Sura 17:88).
“Air dari atap, jatuhnya kepelimpahan juga”!
Itulah peribahasa Melayu yang tepat bagi sosok yang belum jelas urapan kenabiannya, tetapi mencoba memaksakan diri dengan caranya sendiri untuk naik ke jenjang nabi-nabi yang absah. Alhasil, semua usaha dan perkataannya tampak over-simplisistis, terasa tidak pas ke hati, banyak yang misterius, simpang siur dan tambal sulam, dan akhirnya ia bak air dari atap yang jatuh-nya kembali kepelimpahan juga!
Sederhana saja, Nabi yang diutus oleh Tuhan akan diperlengkapi oleh Tuhan sendiri dengan tanda-tanda kenabian yang cukup dan sejati. Ia samasekali tak perlu menyiasati apa apa untuk pembuktian - atau mendalil-dalil - kecuali berjalan lurus menuruti Yang Mengutusinya. Sebaliknya “nabi-nabian” sungguh harus mencari akal-muakal bagaimana agar orang-orang bisa mempercayai dirinya dengan mengklaim dan menyodorkan bukti-bukti versinya sendiri. Ada banyak versi yang dapat dimainkan. Tetapi khusus yang akan diteropong disini ialah versi yang membual, dan versi yang menggertak, alias menantang. Namun semuanya kelak kepergok kosong atau bahkan terjebak dalam fakta-fakta yang justru memperlihatkan bukti kebalikannya.
Membual ilmu kenabian
Semua nabi telah datang dan pergi, yang benar-benar nabi maupun yang nabi-nabian. Kita tahu bahwa yang “nabi-nabian” selalu over-concern dengan jati-diri kenabiannya. Maka ia cenderung merekayasa bual-bualan tentang hal-hal ghaib yang menarik namun yang sesungguhnya tidak dikuasainya. Menurut Muhammad, total ada 124.000 rasul-rasul Islamik yang diutus Allah keseluruh muka bumi (Hadis riwayat At-Tirmidzy, dari Abi Zar ra.) dan mencakupi setiap bangsa-bangsa dunia, dan yang berbicara dalam bahasa kaumnya. Wah, kisah demikian sungguh merupakan konsep pemahaman yang hebat! Sebab disitu tercermin keadilan Allah bagi setiap bangsa yang mendapatkan jatah “kue-pewahyuan-Nya”!
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul kepada setiap bangsa (untuk menyerukan): Sembahlah Allah dan jauhilah Thaghut (ilah)” (Sura 16:36, terjemahan penulis. Bandingkan dengan terjemahan Depag dan lain-lain yang tampak sengaja menghilangkan kata ‘seorang’ karena hendak mengaburkan makna aslinya, seolah Allah telah mengutus rasul Muhammad pada semua umat).
Padahal yang telah diutus kesetiap bangsa disini bukanlah Muhammad, melainkan tiap-tiap nabi lokal untuk kaumnya, yang mencapai 124.000 rasul itu! Tetapi siapakah mereka itu? Sayang Muhammad hanya mampu menyebut 25 nama nabi dalam Al-Quran. Selebihnya tidak terjelaskan selamanya, kecuali dikatakan bahwa setiap rasul itu adalah “berbahasa kaumnya sendiri, supaya dia menerangkan kepada mereka…” (Sura 14:4). Ini adalah yang telah Allah utus dalam waktu perfect/past-tense.
Kalau begitu, siapakah nabi-nabi Allah SWT yang telah diutus untuk bangsa dan kaumnya? Dan apa Kalimat atau pesan-pesan Allah yang diturunkan lewat setiap mereka? Sebab Kalimat Allah tidak terhapuskan oleh manusia dan tidak ada perubahan baginya (Sura 6:34, 10:64 dll).
Untuk India apakah ia Krisna Dwaipayana Wyasa (Maharesi Abyasa) atau Siddharta Gautama yang adalah nabinya Hindu-Budha?
Untuk Tiongkok apakah ia Kong Hu Cu atau Lao Tse?
Untuk Indonesia, yang belum ada “bangsa Indonesia” di abad itu, melainkan antara lain bangsa bangsa Kutai dan Taruma, maka manakah nabi-nabinya? Apakah Mulawarman dari Kutai atau Purnawarman dari Tarumanegara atau lainnya? Bagaimana dengan Amerika dan Australia dengan bangsa Indian dan Aborigin-nya? Atau bangsa dan kaum Papua di zaman jahiliah?
Benarkah sekian banyak nabi itu TELAH betul-betul menyerukan dan menyembah Allah SWT (monotheist) dan menjauhi thaghut, ataukah malahan menyembah “thaghut” dan tidak pernah kenal apa dan siapa itu Allah islamik? Dimanakah kitab-kitab atau bahkan jejak-jejak islamik mereka dalam history, science dan arkeologi? Tidak ada! Itulah bualan “kenabian” dan pembodohan bagi umat yang mau dibuntukan otaknya!
Namun Muslim percaya saja atas apa yang dikatakan itu, dan bahkan lebih lanjut hanyut mengamini Quran Sura 2:285:
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.
(Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat."
Dan ini melengkapi dengan sempurna kemampuan Muhammad dalam berkhayal jauh melampaui dunia logika, serta sekaligus mampu mengajak para pengikutnya untuk percaya. Sebab sesungguhnya khayalan ini memberi implikasi teramat besar bahwa setiap Muslim harus tahu dan beriman (“kami dengar dan kami taat”) kepada 124.000 rasul yang tidak satupun diantara-nya boleh dibeda-bedakan! Pertanyaannya, siapa yang sebenarnya tahu dan siapa yang sungguh mempersamakan kenabian setiap mereka? Apakah bahkan Muhammad sendiri terlihat tahu siapa-siapa seratusan ribu nabi-nabi koleganya itu, dan beriman sama kepada setiapnya? Bukankah yang ia tahu hanya sebatas 25 rasul, dan itupun harus dibeda-bedakannya karena Allah sendiri telah membedakan rasul yang satu terhadap yang lainnya (Sura 2:253)! Suatu inkonsistensi telanjang!
Lewat waktu dan keadaan yang terus berjalan dan pengetahuan yang makin berkembang (hasil dengar-dengaran dan pembelajaranya), maka agaknya Muhammad tidak bisa mempertahankan lagi semua apa yang telah terlanjur diucapkannya sendiri atas nama wahyu, sehingga terjadi kerancuan wahyu yang eskalatif dan tak terselesaikan: yang satu tidak konsisten dengan yang lain! Karena inkonsistensinya banyak dan tersebar luas, maka untuk mengatasinya secara potong kompas, dia memberlakukan apa yang para ulama Islam sebut sebagai doktrin nasakh dan mansukh: Yaitu konsep pembatalan/penggantian/perubahan ayat yang satu dengan yang lain (Sura 2:106). Tidak tahukah Muhammad bahwa konsep pembatalan “wahyu dengan wahyu” ini adalah suatu kemustahilan bagi Allah seperti yang diserukannya sendiri dalam Sura 6:34, 10:64, 18:27 diatas? Apakah Muhammad juga tidak tahu akan seruannya bahwa penggantian wahyu dengan “wahyu bantahan” adalah suatu pertentangan-wahyu yang mencirikan kepalsuan wahyu itu sendiri (Sura 4:82)? Dan apakah Muhammad juga tidak sadar bahwa “konsep nasakh-mansukh” demikian telah diberi ciri khusus oleh Musa dalam Taurat-Nya, yang dinamainya: “perkataan atas nama Allah yang tidak terjadi dan tidak sampai”. Dan untuk nabi yang ditandai demikian, Musa telah menamakan dia nabi-bualan! (Keluaran 18:22)
Kita membaca banyak lagi bualan Muhammad terhadap bangsanya yang belum banyak memahami ilmu-langit. Tetapi tidak demikian halnya dengan orang orang Yahudi dan Nasrani ketika dibuali. Maka kita sekarang disini bisa mengerti kenapa orang-orang Yahudi di zaman Muhammad banyak yang memperolok-olok Muhammad yang banyak membual atau menggertak. Tidak fair jikalau mereka dipersalahkan sepihak. Sebab kita sendiri juga akan bersikap sinis bilamana ada orang disamping kita yang terus membual seperti yang dilakukan Muhammad dulu (tercatat dalam Hadis Shahih Bukhari), apalagi bila bualannya sebagai nabi justru atas hal-hal “trivial” yang sepele, tidak bernilai teologis, dan bahkan konyol. Misalnya mengumbar bahwa ia tahu akan hal-hal ghaib ini dan itu tanpa sanggup membuktikan, sampai-sampai keterusan menentang apa yang ditegaskan Allah kepadanya untuk dibaca-ulang kepada umatnya:
”Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): Aku mempunyai gudang-gudang rezki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib (Sura 11:31).
Faktanya Muhammad justru bertubi-tubi mengklaim mengetahui tetek-bengeknya hal-hal ghaib, antara lain seperti berikut ini:
- air kencing unta bisa jadi obat sehat
- panasnya api neraka yang menyebabkan demam
- melihat neraka, banyak berisi wanita
- melihat Isa, warna kulitnya kemerah-merahan
- tahu makam Musa, di dekat tumpukan katsibil ahmar
- tahu Adam, setinggi 60 hasta, atau 30 meter
- melihat sebagian kaum Israel dikutuk dan menjadi tikus-tikus
- menyatakan orang Yahudi akan berubah menjadi babi dan monyet
- tahu kenapa seorang anak menjadi mirip ayahnya atau ibunya
- melihat Jibril punya 600 sayap
- tahu jin-jin dan ruh makan kotoran hewan dan tulang belulang
- menyatakan para malaikat tidak akan menemani kelompok orang yang bepergian dengan membawa lonceng (Dawud, Buku 14, no.2548. Itu sebabnya a.l. Somalia kini mengharamkan lonceng di sekolah-sekolah maupun gereja. Padahal bunyi lonceng tadinya adalah salah satu tanda dimana Muhammad menerima wahyu yang mulia). Dst.
Ini hanya sebagian terkecil dari umbaran hatinya, dan belum termasuk ajaran-ajarannya, seumpama menyamakan orang kafir sebagai binatang yang sejahat-jahatnya (Sura 8:55). Jadi siapa yang sesungguhnya mulai memprovokasi olok-olokan terhadap Muhammad selama ini, jikalau bukan pernyataan-pernyatannya sendiri? Kenapa Yesus, Krisna, Sidharta Gautama, Kong Hu Cu, Plato, Socrates, bahkan nabi dan filsuf sekte-sekte agama palsu lain sekalipun, tidak diolok-olok seperti Muhammad? Kenapa Muslim selalu menuntut agar nabinya dihormati, dihormati dan dihormati? Semua pihak sadar bahwa penghormatan adalah urusan batin yang tak bisa dituntut atau dipaksakan. Dan yang namanya nabi, malaikat, dan Tuhan, sungguh tak memerlukan penghormatan-munafik dari si jahat. Itu malah haram dan najis! Adakah penjelasan Islamik yang obyektif terhadap fenomena tuntutan untuk sebuah penghormatan yang “bersifat sampah” ini? Apakah Muhammad membutuhkan sampah semacam ini ataukah doa shalawat?
Menggertak seluruh manusia dan jin
Merisaukan tanda kenabiannya yang rapuh, Muhammad mendapat ilham baru. Ya, sebagai nabi Allah, Muhammad sedikitnya memang harus memperlihatkan apa yang menjadikan dia layak dan sah disebut nabi. Maka tidak cukup dengan bualan tentang jumlah sosok nabi sedunia, Muhammadpun merasa perlu meyakinkan seluruh manusia, bahwa apa yang diucapkannya adalah betul ucapan-ucapan wahyu surgawi yang tidak tertandingi oleh mahkluk manapun yang ada.
Memang bilamana kita membaca Al-Quran dengan seksama, maka di seluruh Al-Quran tampak kesibukan Muhammad (yang mengatasnamakan Allah), dikerahkan untuk meyakinkan dirinya sebagai rasul utusan Allah. Padahal, seperti yang telah dijelaskan di depan, Tuhan telah otomatis memperlengkapi pembuktian itu secara melekat dalam diri setiap nabiNya, sehingga tak perlu ada usaha akal-akalan yang harus ditambahkan manusia untuk pengabsahannya. Kepada orang-orang Yahudi yang tegar tengkuk, Yesus bahkan tidak ingin berlelah membuktikan dirinya sebagai Mesias, kecuali hanya perlu diperhadapkan kepada mereka hanya satu mukjizat saja, yaitu tanda nabi Yunus. Ia berkata: “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus” (Matius 12:39, yaitu tanda kebangkitannya dari kematian 3 hari).
Tetapi tidak demikian dengan Muhammad. Merasa tanda kenabian dirinya belum terdukung dengan saksi dan tanda ilahi, maka ia akhirnya menggertak dengan menantang “angkatan yang jahat” dari Quraisy, Yahudi , Nasrani dan segala jin yang ada untuk berkontes membuat sebuah “quran tandingan” yang diistilahkannya sebagai “Surat Semisal Quran”, disingkat SSQ.
“Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (semisal) Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain” (Sura 17:88, penekanan dari penulis).
Itu adalah sebuah ayat yang sangat terkenal di kalangan Muslim. Itu dianggap sebagai kemenangan Islam bahwa Al-Quran dan Muhammad tidak terbantahkan ucapan kebenarannya, dari dulu sampai selamanya.
Muhammad berkeyakinan bahwa kehebatan Al-Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua mahkluk dan jin karena ia merupakan mukjizat yang dikhususkan Allah sebagai tanda kenabiannya yang terbesar dan terakhir. Namun ia lupa bahwa ini hanyalah tantangan insani yang dibisiki “Jibril” untuk sebuah writing skill tulis menulis sebuah Al-Quran. Itu pasti bukan sebuah tantangan dengan unsur-unsur langit atau keilahian yang bersifat adikodrati.
Itu sesungguhnya sama saja dengan Einstein atau Shakespeare atau Beethoven yang mengklaim kenabiannya dari Allah SWT apabila tak ada orang dan jin yang membuktikan kepakarannya melebihi dirinya dalam bidang science, sastra, dan musik berturut-turut! Atau andaikata Anda menemukan sebuah batu-akik yang super-unik, lalu Anda menetapkannya sebagai batu dari surga (semacam Hajar-Aswad?) karena merasa tidak ada orang lain yang mampu menemukan batu yang sama, atau yang bisa menandinginya!
Kebiasaan Muhammad mengganti-ganti ayat (nasakh-mansukh, seperti yang disinggung diatas) membuatnya terlalu mudah untuk mengganti kriteria tantangan dari “menulis sebuah Al-Quran” menjadi “menulis 10 Sura(t) saja. Bahkan kemudian Muhammad lebih jauh kebablasan dengan mengubahnya lagi menjadi satu Sura (saja) semisal Quran. Artinya Sura yang mana saja. Penggantian-penggantian wahyu dadakan ini sungguh aneh luar biasa, namun tidak pernah dipersoalkan oleh teolog Muslim. Ini aneh! Maka kita akan segera paparkan kenapa tantangan ini sampai perlu diubah dua kali berturut-turut oleh Muhammad dalam rentang tempo yang tidak lama.
“Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain allah, jika kamu orang yang memang benar” (Sura 2:23, 10:37-38).
Disinilah awal kehancuran wibawa Al-Quran sebagai wahyu Allah! Karena ternyata ada banyak orang biasa yang lebih dari mampu menyambut tantangan Muhammad yang satu ini. Orang yang bodoh sekalipun akan segera merasakan bahwa tantangan semacam ini sangat konyol karena tampak hakekatnya bukan dari jenis tantangan adi-kodrati, melainkan murni tantangan duniawi-insani belaka, yang mudah sekali disamai atau bahkan diungguli orang dalam kontes surat-menyurat.
Semula, orang-orang diluar Islam hanya mendiamkan tantangan naif tersebut. Mereka hanya menggeleng-geleng kepala dan merasa apatis melayaninya karena tidak mau ikut dalam kebodohan yang menghabiskan waktu secara sia-sia. Tetapi celakanya, justru karena didiamkan begitu, Muslim mendapatkan signal yang salah, seolah memang benarlah apa yang diperkatakan oleh Muhammad, bahwa tidak ada orang atau setan manapun yang mampu menyambut tantangan hebat “surat semisal Quran” tersebut! Ini menjadikan semuanya lebih konyol lagi! Ayat tantangan tersebut makin dikibarkan untuk mendewakan verbatim Muhammad, sekaligus melecehi writing skill manusia sepanjang masa…
Baiklah. Agar tidak berlarut-larut dalam kebodohan ini, mari kita periksa apa hebatnya Sura Langit ini, lalu kita layani dengan demonstrasikan betapa mudahnya orang perorang memenangkan kontes yang “memustahilkan” peniruan Sura Al-Quran ini. Mari kita ambil satu Sura Al-Kaafiruun sebagai contoh aktuil. Kebetulan Sura Al-Kaafiruun memang telah dianggap oleh Muslim sebagai Sura hebat pembebas kesyirikan yang perlu dibaca sebelum tidur (HR Ahmad 5/456). Membaca Sura ini juga dikatakan oleh Muhammad (diriwayatkan Anas) sebagai sebanding dengan membaca seperempat Al-Quran:
1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir.
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (Sura 109:1-6)
Sudah baca dengan baik? Apanya yang dahsyat atau yang terhubung dengan kodrat ilahiah disitu? Adakah kriteria-kriteria disitu yang menuntun kita menemukan kebenaran bahwa Sura ini berasal dari Allah atau dari manusia? Apa ada seperempat Al-Quran disitu? Dapatkah Muhammad dan Anda sedikit menjelaskan dimananya itu seperempat isi atau nilai Al-Quran? Ini bualan yang hina dan fatal terhadap Firman Allah! Yesus berkata, “Katakan YA diatas ya; dan TIDAK diatas tidak”. Dan tampaknya Muhammad justru bermain-main dengan kata-kata Al-Quran yang adalah wahyu Allah yang dibawakannya. Betapapun kita menabi-nabikan seseorang, kita tidak boleh membiarkan pesonanya mematikan akal-budi dan suara nurani terdalam yang Tuhan berikan kepada kita. Baca dan teropong ayat-ayatnya, dan tidak akan muncul disitu apa yang spesial kaitannya dengan “unsur-unsur langit”, yang tersurat ataupun yang tersirat! Unsur langit tidak tercari ditumpukan aksara dan kaligrafi Arab ataupun susunannya di kertas-emas yang membentuk kitab Al-Quran. Yang ada hanyalah semacam berita, pesan dan pernyataan tertentu, yang dalam sura ini mirip sebagai sebuah debat kecil yang bisa diperkatakan oleh setiap manusia, dan berakhir pada penutup debat lintas umat: untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.
Apabila sura ini mau dianggap unik dalam style, itu semata-mata style, sama seperti Anda tidak akan menemukan diri Anda kembaran sama 100% dengan seseorang lainnya. Essensinya bukan apa yang tampak atau yang dirasakan, melainkan apakah “keunikan” demikian menjadikan ia wahyu dibalik mulut Muhammad? Tidak ada ayat dan logika yang menghubungkan aksara, kefasihan dan style berbahasa dengan keilahian. Kitab Zabur dan Amsal Sulaiman penuh dengan bahasa puitis tinggi yang isinya menggentarkan pembacanya. Tetapi Daud (Musa, Isa dan semua nabi-nabi lain!) tidak pernah mengklaim “kitabnya” sebagai mujizat kenabian. Daud dan para nabi mengklaim itu adalah pernyataan, ajaran, dan pesan-pesan Tuhan yang menyelamatkan manusia. Dan orang-orang, termasuk Muslim mempercayainya karena ia sudah DISAHKAN oleh nabi Samuel dengan pengurapan minyak Tuhan, dan “sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud” (1 Samuel 12,13). Tetapi siapa yang sudah men-sahkan Muhammad sebagai nabi? Tidak ada (!), kecuali klaim Khadijah dan dirinya sendiri, yang dipercayai Muhammad, karena itulah yang diingininya! Maka tidak mengherankan bahwa Muhammad merasa sangat perlu mencari apa-apa lainnya yang bisa dijadikan “alat bukti” kenabiannya, termasuk kitabnya!
Tetapi bukankah para pemuja fanatik Shakespeare juga dapat mengklaim buku-bukunya bersumber dari sorga? Lalu apakah Muslim yang berkeberatan atas klaim itu harus membantahnya dengan mengarang “buku semisal Shakespeare”? Dan bila Muslim tidak melakukannya, maka NAH, BENARLAH; BUKU INI SUNGGUH DARI SORGA! Tidakkah itu kenaifan yang sangat menyesatkan?
Tantangan Muhammad yang salah-wahyu
Diatas sempat disinggung tentang sebuah keanehan yang luar biasa! Muhammad tiba-tiba mengubah tantangannya dari menulis sebuah Al-Quran menjadi cukup menulis 10 Sura Al-Quran saja. Lalu segera disusulkan lagi menjadi satu sura saja? Ada apakah ini? Tidakkah itu ajaib, karena tak ada orang dan jin manapun yang menawar-nawar kepada Allah? Adakah Muslim yang tahu apa pasalnya lalu pura-pura tak tahu? Dan kenapa muncul angka 10, dan bukan 11 atau 9? Atau kenapa bukan7 (melengkapi 7 ayat As-Sab’ul Matsani yang dibaca berulang-ulang? Atau bukan 57 Sura, yaitu separuhnya jumlah Sura-sura Quran? Kenapa tak ada sarjana Islam yang menjelaskan maksud dan tujuan perubahan Kalimat Allah yang aneh, radikal dan sistematis itu?
Memang ada beberapa ulama yang berkata sekenanya bahwa perubahan tantangan itu (dari seluruh Quran menjadi 10 dan 1 Sura ) itu justru menunjukkan kehebatan dan bukan kelemahan tantangan. Zakir Naik, pendebat ulung Islam malah berkata bahwa perubahan itu diadakan karena Allah ingin mempermudah penantangnya. Sungguh jawaban yang sembarangan, karena tidak mempersoalkan inti teologinya, yaitu: kenapa Allah sampai harus mengubah-ubahkan KalimatNya yang kekal tanpa ada setan yang menawar? Muslim mendalilkan hebatnya mukjizat Al-Quran sehingga tak perlu banyak-banyak melainkan cukup satu sura mana saja untuk menantang setiap tiruan manusia atau jin. Oke, kalau begitu kenapa harus dimulai dengan seisi Al-Quran lalu berubah menjadi 10 Sura, dan lalu 1 Sura? Tidakkah Allah memutuskan sesuatu yang benar, sekali Ia memutuskan?
Muslim dan non-Muslim masih perlu terus bertanya, kenapa jin harus diikut sertakan? Aha! Tidakkah itu karena Muhammad justru pernah dikelabui oleh setan yang juga ahli “menulis ayat” dan menggulirkan “ayat-ayat setan”, lalu ayat-ayat keliru tersebut harus dihapuskan Allah kembali? Ini berbekas pada Sura 53:19-22 yang dipertegas dalam Sura 22:52 yang menuduh bahwa syaitan memang memasukkan “ayatnya” kepada setiap nabi yang diutus Allah! Disinilah ter-refleksi hal yang sama, bahwa wahyu awalnya kepada Muhammad adalah wahyu yang keliru, dan sejak itu wahyu harus terus didandani agar masuk akal untuk menjadi bagian wahyu! Mari kita lihat awalnya:
“Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain” (Sura 17:88).
Kita tahu bahwa Sura ini adalah Sura Makkiyah yang diwahyukan di Mekah. Jadi, yang namanya Al-Quran keseluruhannya itu belum ada ketika itu, melainkan baru terturun sebagian ayat-ayat dan sura-nya. Mungkin sekitar dua pertiga Al-Quran dan belum sungguh-sungguh terkumpul dalam lembaran suhuf atau mushaf. Jadi, disaat Muhammad mengeluarkan tantangan Sura Semisal Quran (SSQ) ini, maka porsi Al-Quran-mentah (unfinished scattered Quran) manakah yang beliau maksudkan sesungguhnya, mengingat Quran yang utuh belum ada, sementara ayat dan sura terus bertambah setiap waktu mengikuti wahyu yang terturun?!
Muhammad tampaknya diam-diam menyadari hal ini setelah terlanjur. Itu sebabnya tak lama kemudian iapun terpaksa mengubahnya, demi tantangan tersebut bisa dikuantifikasikan. Iapun mengkoreksinya, dan memilih 10 sura! Kita dapat merasa bahwa ketetapan baru ini bukan karena Allah betul-betul perlu melakukannya (maka nantinya dibatalkan lagi), melainkan karena Muhammad berada dalam suasana tekanan dituduh membuat Al-Qurannya sendiri:
Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu”, Katakanlah: “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar” (Sura 11:13).
Dan benar, ia segera mengubahnya lagi, agaknya karena mulai disadari bahwa landasan penetapan 10 sura itu tidak mantap. Orang akan layak bertanya kenapa 10, dan bukan 11 atau 9 sura, atau 7, dan bilangan-bilangan ganjil lainnya. Bukankah bilangan-bilangan ganjil adalah favoritnya Muhammad, dari pencaharian malam Qadar yang diharuskan tanggal ganjil hingga kepada jumlah batu yang harus ganjil bilangannya untuk ber-cebok?
Muhammad bukan orang yang bodoh. Melebihi orang lainnya, ia sendiri tentu akan lebih mempersoalkan kenapa harus 10 Sura. Sudah pas kah dan kokohkah itu sebagai tantangan Allah? Tetapi bukankah setiap Sura Al-Quran yang mana saja adalah hasil pewahyuan yang sama adikodratinya, dan yang sama melebihi kemampuan manusia dan jin untuk menirukannya? Bukankah setiap sesuatu dari Al-Quran itu adalah bacaan yang agung dan menggentarkan? Jikalau begitu maka penetapan 10 SSQ adalah berlandaskan iman yang buruk. Ini tentu mengganggu dan menggelisahkan. Maka tidak mengejutkan bahwa Muhammad pada akhirnya terpaksa mengubah kembali “wahyu-sepuluh” menjadi “wahyu-satu” SSQ, karena setiapnya adalah juga mukjizat langit yang sama utuh dan agungnya dengan Sura yang lain. Ini lebih make sense.
Sebagai tambahan, Muhammad mungkin juga meyadari bahwa merujuk kepada kumpulan 10 Sura akan terlalu rentan terhadap inkonsistensi yang bakal terdapat didalam kumpulan tersebut, mengingat ada kemungkinan ayat-ayat nasikh dan mansukh yang terdapat didalamnya (lihat dibawah). Para teolog bahkan ikut menambahkan lagi bahwa tampaknya Muhammad juga terilhami oleh apa yang dilakukan oleh Yesus, yaitu menantang para Ahli Taurat bukan dengan mengajukan berpuluh-puluh tanda dan mukjizat yang telah dilakukanNya, melainkan cukup satu, yaitu TANDA NABI YUNUS! (Matius 12:40; 16:4; Lukas 11:29)
Keseluruhannya, tampak dengan jelas bahwa wahyu Jibril telah di-edit-edit ulang tanpa dengan penjelasan apapun dari pihak yang mewahyu. Alangkah submissive-nya Muhammad terhadap Jibril yang bolak balik datang merevisi wahyu dengan tidak sekalipun mempertanyakan alasan revisi itu sendiri. Muhammad seharusnya layak memperbandingkan dirinya dengan Maryam - yang ketika dikabarkan Jibril tentang kehamilannya yang tak masuk akal itu - langsung bertanya ditempat: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!" Kenapa Tuhan memberikan hak tanya-langsung bagi semua nabi-nabi/nabiah lainnya kecuali Muhammad seorang?! Inilah yang menambahi fakta bahwa wahyu yang diperoleh Muhammad itu berseberangan dengan wahyu pendahulunya.
Maka seperti yang dicetuskan dalam Al-Quran, orang-orangpun ramai berkata: “Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu". Akibatnya, demi membungkamkan teriakan ini maka lahirlah tantangan atau gertakan Muhammad untuk acara KONTES SURAT-MENYURAT semisal Quran!
Tantangan Quran disambut
Telah disebutkan bahwa ada banyak pihak yang telah menyambut tantangan Muhammad dalam SSQ, walau sebenarnya lebih banyak lagi orang yang merasa bahwa masuk kedalam tantangan tersebut adalah kebodohan belaka. Namun perlu dicamkan bahwa tujuan para penyambut tantangan itu bukan untuk mencari kemenangan pribadi, melainkan hanya untuk menunjukkan betapa pihak yang mengidolakan kehebatan linguistik Al-Quran yang dianggap superlatif itu hanyalah korban pembiusan opium yang perlu dibukakan penglihatannya. Soalnya mereka-mereka ini tampaknya tidak mampu lagi melihat secara bening apa yang sesungguhnya telah terjadi didunia selama ini. Mari kita mengungkapkannya dengan hati yang prihatin:
A. Secara ringkas saja, lihat buku “The Islamic Invasion” Robert Morey, Harvest House Publishers, halaman 126. Disitu tercantum nama-nama dari pihak yang menyambut tantangan Muhammad yang satu ini. Mereka menyodorkan “Sura Semisal Quran” karya mereka. Nama mereka adalah Nadir bin Haritha, Hamzah bin Ahed, dan Maslema. Tetapi tidak ada satu pakar Islam yang muncul untuk berkomentar dan mau melayani mereka yang datang memenuhi undangan resmi Muhammad.
B. Bahkan Dr.William Campbell telah menyodorkan tiga SSQ yang paling mudah dan terbuka untuk dicarikan sumbernya! Itu terambil dari Kitab Mazmur (Zabur) pasal 103 (dengan 22 ayat) yang terkenal dari Raja Daud, yang secara objektif dinilai mengandung keindahan dan nilai-nilai puitis yang khas Ibrani. Kemudian disusul dengan dua petikan kotbah Yesus di Bukit, Matius 6:16-24 dan juga Matius 7:1-5. Inilah Sura-sura yang terambil dari Alkitab yang dianggap korup oleh Muslim (jadi memenuhi syarat bahwa ayat dan surat ini adalah ciptaan manusia dan setan), karena isi atau ajaran-ajarannya disitu tidak sejalan dengan Al-Quran.
C. Banyak orang Muslim bahkan tidak tahu bahwa Al-Quran koleksi Ubai bin Ka’b (mushaf Ubai) sesungguhnya memuat dua Sura extra, yaitu Sura 115 (Sura al-Khafdh) dan Sura 116 (Sura al-Khal’) yang kini dihilangkan dari Al-Quran yang dibaca oleh para Muslim dewasa ini. Padahal Ubai adalah salah satu dari penulis dan pengajar Al-Quran yang paling dipuji oleh Muhammad. Begitu pula dengan Quran koleksi Ibnu Abbas juga memuat kedua Sura tadi, dan bahkan Umar bin Khattab sendiri pernah mengajikan kedua Sura tersebut. Kedua Sura ekstra itu secara lengkap disajikan berikut ini (Rekonstruksi Sejarah al-Quran, by Taufik Adnan Amal, p.231).
Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang
(1) Ya Allah, kami memohon kepada-Mu pertolongan dan ampunan.
(2) Kami menyanjung-Mu dan tidak bersikap kafir kepada-Mu.
(3) Kami ungkapkan puja-puji kepada-Mu dan kami tinggalkan orang-orang yang berlaku curang kepada Mu.
Dengan nama Allah yang pengasih, yang penyayang
(1) Ya, Allah, kepada-Mu lah kami menyembah.
(2) Dan kepada-Mu lah kami bersembahyang serta bersujud.
(3) Dan kepada-Mu lah kami berjalan bergegas-gegas serta bersegera.
(4) Kami berharap akan limpahan rahmat-Mu.
(5) Dan kami takut akan azab-Mu.
(6) Sesungguhnya azab-Mu menimpa semua orang yang kafir.
Oleh pihak Islam main-stream kedua sura itu dianggap sebagai bukan bagian Al-Quran. Namun, sebelum divonis-kan begitu, semestinya para Sahabat Nabi harus menyidik dan memastikannya dengan cara mempertandingkan kedua sura tersebut terhadap Sura Al-Quran yang lain, sebagaimana yang telah dirumuskan Muhammad. Bukankah metode dan kriterianya telah disediakan Muhammad demi menyingkirkan setiap surat yang tidak sejatinya Al-Quran? Kini, setelah keduanya dianggap sebagai “non-Surat”, maka per-definisi, jadilah keduanya bagian dari “Sura Semisal Quran”, dan mereka sangat layak dipertandingkan dengan Sura 106 atau 103 dll. Tetapi dimana pula sarjana Muslim yang mau menyelenggarakan kontes SSQ ini dan sekaligus memastikan pemenangnya? Kembali tak ada yang berani mencari kebenaran SSQ ini atau Al-Quran, kepalsuan SSQ ini atau Al-Quran.
Kenapa begitu masa bodo dan loyo, diakhir lap balapan? Padahal diawal lap balapan, ayat tantangannya sendiri begitu heroik dan dipuja-puji?!
Jawabnya ada dua:
(1). Karena tidak ada Muslim yang berani dan mampu menjurikannya! Disebabkan oleh metode rumusannya sendiri kacau, multi interpretasi dan gelap, tidak berwibawa sebagai wahyu Tuhan yang bisa diaplikasikan.
(2). Karena Sura Asli Al-Quran dipastikan akan kalah kontes melawan SSQ pilihan. Dalam penjurian yang fair dan obyektif ke batin terdalam, Anda akan merasa banyak pesan-pesan wahyu yang tidak pas kehati. Penterjemah tampak sibuk merekonsiliasikan terjemahannya dan dengan catatan kaki. Anda juga mendapati banyak cacat dan kekurangan dari surat-surat yang tak ter-rekonsiliasi (lihat sub F dibawah). Sebagai juri, Anda akan cenderung mendiskualifikasi superioritas suratnya sebagai man-made Sura only!
Alhasil, yang berani dan mampu dilakukan oleh mereka (yang merasa berkuasa) cuma menjatuhkan ketok-palu vonis duniawi terhadap SSQ yang otomatis diharuskan masuk tong sampah!
D. Internet AOL sempat menayangkan 77 SSQ sesaat. Namun apa yang terjadi? Heboh, amok dan teror besar dari para Islamist melanda AOL yang dituduh menghujat Al-Quran dan Islam, dicap mencoba menerbitkan Al-Quran palsu dll. Padahal mereka yang meng-on-line-kan SSQ itu adalah pihak undangan yang diundang oleh Al-Quran dan Muhammad sendiri dalam tantangan resminya! Dan yang namanya SSQ - Surat Semisal Quran - selalu bukan Al-Quran, tetapi ia bukan pula Al-Quran palsu, melainkan adalah himpunan teks yang dianggap sebagai “Sura Quran Plus” sampai ia dibuktikan sebalik-nya! Karena nilai PLUS-nya diatas kertas, maka ia justru DI-TUNGGU-TUNGGU Allah SWT dan Muhammad dan semua pihak untuk dijejerkan disamping Al-Quran untuk diberi nilainya yang sejati. Jadi seyogyanya teman-teman Muslim harus menghormati, bukan malah jadi naik pitam terhadap peredaran “Sura Semisal Quran” ini, karena memang ia diundang secara beradab oleh Allah sendiri untuk memenuhi tantangannya!
Tuduhan emosional bahwa SSQ itu adalah Al-Quran palsu adalah sudah mencerminkan kekalahan telak dari Muslim yang tidak memahami apa itu SSQ menurut Al-Quran. Mereka buta huruf tentang Al-Quran, dan sesat tentang Sura Semisal Quran! Lihatlah apa yang dilaporkan oleh harian Republika:
Pemalsu Al-Qur’an itu Bernama Anis Shorrosh
Siapakah pengarang Al-Qur’an Palsu yang pernah menghebohkan di Surabaya, Padang dan beberapa daerah lain beberapa waktu yang lalu? Dialah Dr Anis Shorrosh, pastor evangelist Amerika yang mengaku lahir di Nazareth. Dia juga mengajar di sejumlah sekolah teologi dunia. Hal ini bisa dibuktikan melalui situs Islam in Focus [www.www.islam-in-focus.com /TheTrueFurqan.htm], dia menawarkan ‘kitabnya’Al-Furqanul Haqq atau The True Furqan…. Dia menyusun kitab dalam 77 surat dengan text Arab klasik plus terjemahan-nya dalam bahasa Inggris. Versi lengkap dari karangan Shorrosh itu pernah dimuat dalam situs SuraLikeIt via American On Line [AOL]. Karena menimbulkan keresahan dan sejumlah protes dari kelompok muslim AS, AOL kemudian membekukan situs itu. Meski begitu, beberapa isi kitab itu masih tersedia gratis di beberapa situs. Antara lain di www.islam-exposed.org/furqan/contents.html yang memuat empat surat. Yaitu: Al-Iman (10 ayat), At-Tajassud atau “The Incarnation” [15 ayat], Al-Muslimoon [11 ayat], dan Al-Wasaya (16 ayat). (dari: Republika, 01 Mei 2005).
E. Menyambut tantangan Muhammad secara konkret, berikut adalah contoh materi SSQ yang terambil dari salah satu “Sura” tersebut di salah satu internet, yaitu www.suralikeit.com yang justru amat lantang untuk bertanding melawan Sura Quran. Ia tidak usah memilih surat yang normatif, tetapi malah mempersilahkan Muslim memilih Sura terbesar manapun dari Quran, termasuk sura Al-Fatihah yang disebut Ummul Quran dan Al-Quranul ‘Azhim yang mana sholat Muslim hanya sah jikalau ia ikut dibacakan.
Inilah Sura Ad-Du’a (the Prayer), karangan manusia biasa, yang mengambil sumber pengilhaman dari Doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus Al-Masih kepada murid-muridNya:
01 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
02 الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
03 الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
04 مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
05 إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
06 اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
07 صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
08 وَوَجَدَكَ عَائِلا فَأَغْنَى
09 فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلا تَقْهَرْ
10 وَأَمَّا السَّائِلَ فَلا تَنْهَرْ
011 وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Maka setelah penyodoran ini, apakah lalu para-pakar Islam dapat dengan obyektif dan lapang dada memutuskan dengan berkata bahwa Al-Fatihah lebih hebat? Redaksi bahasanya lebih tinggi? Lebih luas relevansi dan applikasinya? Cakupannya lebih mulia dan universal? Silahkan pentaskan keseluruh dunia! Siapa yang sanggup dan mau menjadi jurinya! Sebab ini adalah bagian dari seruan (perintah) Allah SWT. Tetapi kenyataannya terbalik. Sungguh belum ditemukan satupun Muslim yang begitu taat dan beriman kepada Allahnya sehingga mau dan bisa membentuk panitya untuk menyambut-hormat kontes tulis-menulis SSQ ini untuk disebar luaskan secara terbuka dalam multi-media, termasuk surat kabar, TV, radio, internet, face-book, kotbah-kotbah dimesjid dll. Soalnya selama ini, usaha secuil kearah itu saja sudah diancam dengan macam-macam tuduhan, terror dan amok, yang kesemuanya melanggar undangan tantangan Muhammad. Dengan demikian kembali dapat kita simpulkan secara faktual, bahwa apa yang dapat diserukan dengan mudah oleh Muhammad untuk menantang SSQ, tidaklah dapat dijalankan oleh para pengikutnya untuk menyambutnya. Jadi betapa inkonklusif , bodo, dan sia-sianya tantangan Allah yang satu ini! Apakah Ia Allah? Wahyu yang mengundang secara elegan pada awalnya, namun berujung pada penjurian yang mustahil bisa diactionkan oleh pihak Muslim manapun? Karena tak tahu bagaimana menyambut SSQ yang sudah dihadirkan didepan mata, maka yang mungkin dilakukan Muslim hanyalah menjadi-kan dirinya marah dan brutal. Mereka menuduh secara membabi buta bahwa yang disodorkan itu adalah Al-Quran Palsu, menghujat Allah! IA MACET TANPA SOLUSI ditangan orang Muslim sendiri!
F. Sura Quran yang tak terungguli? Apanya?
Akhirnya masih ada batu sandungan terbesar yang praktis tidak ditampilkan oleh Muslim dan sarjana Islam tatkala mereka mendewakan keseluruhan kwalitas Sura Langit itu. Pertanyaannya: keseluruhan kualitas apa? Tidakkah Muslim sadar bahwa isi dan bentuk sura-sura Quran justru banyak ditandai dengan cacat yang melekat sejak lahirnya?
Ia tidak pernah sempurna seperti yang dislogankan. Makin muluk dan heroik ia dislogankan, makin lebar ia terpuruk kedalam kecatatannya yang tak tersembunyikan. Mari kita simak hanya beberapa saja:
* Ia banyak berisi huruf/ kata-kata aneh yang total misterius hingga kini dan kekal (fawatih al-suwar: alif, laam, mim, shad dll), dan karenanya ia mubasir sebagai sebuah pesan Ilahi. Atas fakta ini saja, maka seharusnya Sura yang bagian isinya tak jelas dan misterius ini sudah harus di-diskualifikasi dalam kontes tulis-menulis SSQ yang Muhammad tantangkan! Anda tidak bisa memasukkan bahasa UFO kedalam sistim pertandingan bahasa dunia!
* Ayat dan Sura praktis tanpa setting background, sehingga tidak diketahui ceritanya kapan dan dimana, dan lebih jauh dikacaukan dengan tidak tersusunnya secara kronologis. Lihat Sura Maryam, lalu Anda bertanya dimana Jibril mengunjunginya dan kapan? Tak ada setting Israel sedikitpun ditampilkan untuk mendukung otentisitas kisahnya, padahal itu tersedia dalam cacatan sejarah dan diketahui jutaan orang dalam masa-nya.
Simak pula wahyu-wahyu pertama yang diturunkan bagi Muhammad. Dimanakah Sura-nya ditempatkan? Ternyata ditempatkan dalam Sura ke-96 (Sura al-Alaq), bukan sura kesatu. Tetapi itupun tidak semua ayat-nya merupakan wahyu yang diturunkan paling awal, melainkan hanya 5 ayat pertama saja, lalu diputus dan disusul oleh 5 ayat pertama dari sura 74 dst secara berlompatan. Ini menurut versi Muslim mayoritas, dan dianggap baik-baik saja saking terbiasanya, dan karena tak bisa didandani lagi. “You take it or you leave it”. Tetapi bagi Panitia Kontes Surat–Menyurat (dengan predikat surat sempurna), maka Sura dengan isi seperti “kutu-loncat” ini adalah bagian yang harus di-disqualified!
* Isinya tanpa topikal dan non-sistematis, sulit ditelusuri siapa dan apa keperluannya. Bahkan mengurutkan nama-nama nabi saja tidak beres. Lihat Sura 6:83-86, disitu ditampilkan 18 nabi sekaligus yang semestinya berarti sangat penting dan strategis yang akan disampaikan Allah. Tetapi sayang, dalam penyampaian dengan kronologi dan sistematisasi yang kacau ala Al-Quran, maka Anda hanya menemukan pesan-pesan yang “redundant”, bukan yang signifikan! Tak ada Muslim yang dapat menjawab kenapa Sura Langit ini mengurutkan para nabi dalam sistim yang anti-kronologi demikian? Dr. Quraish Shihab sendiri berkata: hanya Allah yang tahu!
Mustahil Allah tidak serapi-rapi sifat-Nya
Muslim terpaksa berputar-putar membela surat dengan susunan kacau yang menjadi ciri Al Qur’anul Karim itu. Sering kita mendengar alasan “itulah design Allah”, atau malah sebaliknya, “susunan itu tidak dipentingkan Allah”. Atau bahkan dibela dengan alasan bahwa itulah susunan surgawi yang dimensinya tidak terkungkung oleh urutan duniawi! Dikatakan juga bahwa Kitab demikian dapat langsung dibaca sekali buka, tidak perduli terbuka kepada halaman mana saja! Tidak disadari, bahwa retorika yang menyesatkan ini langsung akan menempatkan Allah sebagai pihak yang ikut-ikut kacau bersama manusia. Ketika susunan Kalam Allah yang diperuntukkan bagi manusia itu tidak serapi-rapi sifat-Nya, maka manusia tidak lagi mengerti dimana letak keagungan-Nya yang sebenarnya. Dan ketika Kalam Allah yang awalnya turun dari langit menurut kronologi itu (Sura 96, lalu 74 dst), lalu harus dibongkar-pasang demi melawan kronologi itu sendiri, maka tak ada manusia yang mampu lagi untuk memahami siapakah yang sebenar-nya ditargetkan Allah untuk disampaikan pewahyuanNya? Manusiakah atau diri Allah sendiri! Orang juga akan segera menggugat Maha-presisi dan efisiennya Allah. Sebab praktis bongkar pasang kronologi itu akan berarti bahwa Allah sudah menurunkan Quran DUA kali secara terpisah: (1) menurunkan isi-ayat, dan (2) menyusul menurunkan bentuk urutan ayatnya. Padahal keduanya dwitunggal yang tak terpisahkan untuk setiap komunikasi! Tak ada Taurat, Zabur, Injil dan Kitab apapun juga didunia yang mana Tuhan yang Maha Tahu harus “menurunkannya” dua kali lalu baru menyatukannya seperti Quran! What If Quran is not the Word of God?
* Terjadi sisipan ayat yang aneh di tengah-tengah narasi Sura yang sedang berjalan. Ini menjadikan Sura yang mau dipertandingkan gugur seketika!
Contoh mencolok pada Sura 5:3, 3a). Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala 3b). Dan (diharamkan) juga mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. 3c). Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepadaKu. Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni’matKu, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu. 3d). Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ayat 3a, b, d menyangkut haram-halal makanan dan undian. Namun tiba-tiba terselip ayat 3c yang sangat TERKENAL, karena para mainstream Islam menganggapnya sebagai AYAT TERAKHIR, ayat pamitan Allah dan Jibril dari seluruh pewahyuan Quran! Anehnya konten ayat ini berbicara jauh menyimpang dari pengamalan haram-halal yang sedang hangat diserukan sebelumnya, dan posisinya sebagai ayat terakhir Al-Quran kok bisa menyelinap sebagai ayat sempalan untuk Sura 5:3! Apakah surat demikian masih bisa dikonteskan dalam skala kesempurnaan Ilahi?
* Dan yang paling tragis adalah bahwa telah terjadi perbantahan-perbantahan internal antar isi ayat surat yang satu dengan lainnya. Dalam Islam ini dikenal dengan “nasakh” (ayat pengganti) dan “mansukh”(ayat yang diganti). Dan ayat-ayat ini telah tersebar dalam banyak Sura yang sampai hari ini terus diperdebatkan oleh teolog Muslim sendiri. Mereka menghitung ada 40 Sura yang dinyatakan berisi ayat-ayat yang digantikan Allah SWT (As-Suyuthi, al-Itqan fi-‘Ulum Al-Quran 2/p.21). Nah, ketika ada Sura (x) yang isinya mengandung ayat mansukhah, maka kontestan SSQ yang memilih Sura (x) ini untuk diperhadapkan dengan SSQ-nya, tentu ia akan otomatis menjadi pemenang, karena Sura (x) tersebut sesungguhnya telah dinyatakan Allah tidak berlaku! Sesuatu yang tidak valid tidak bisa diselipkan untuk tampil dalam kontes manapun lagi. Perubahan arah kiblat dari Yerusalem ke Ka’bah adalah salah satu contohnya. Contoh lain adalah Sura Al-Baqara 2:180-181 yang dinasakhkan oleh ayat mewaris yang berlaku saat ini sesuai dengan Sura 4:11. Dua wahyu ketetapan yang dibuat Allah untuk saling membantah, dan berakhir dengan mengkotakkan yang satu, walau Allah telah menegaskan ancamanNya atas pelaku NASAKH.
(2:180). “Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. Maka barangsiapa yang mengubah wasiat itu, setelah ia mendengarnya, maka sesungguhnya dosanya adalah bagi orang-orang yang mengubahnya”.
(4:11). “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan… (dst)…Ini adalah ketetapan dari Allah…”
Apakah Anda Juri kontes surat-menyurat tidak mempertimbangkan cacat ini sebagai faktor negatif dari “kehebatan & kesempurnaan” Kalimat dan Sura Langit? Kesempurnaan mencakup unsur kekekalan. Dimanakah kekekalan kesempurnaannya bila mulut Allah sudah tampak mencla-mencle lewat waktu beberapa saat saja? Kini, bilamana seorang “kafir” menyodorkan SSQ untuk dikonteskan melawan Sura Al-Baqara yang telah mengimpoten-kan ayat diatas, maka apakah sang Juri yang adil tidak men-disqualifikasikan Sura Al-Baqara tersebut karena kecacatan-nya yang struktural? Alhasil, kembali kepokok judul artikel ini yang harus kita semua jawab:
“What If Sura-Semisal-Quran malah membuktikan kepalsuan Al-Quran?”
Sekarang, bagaimana dengan tantangan Yesus?
Seperti Muhammad, Yesus sebagai utusan BapaNya juga mengalami tuntutan dari kaumNya untuk menunjukkan tanda kenabianNya. Dia ditantang untuk membuktikan jatidiri dan sumber otoritasNya. Maka Yesuspun melayani tantangan tersebut dengan cara menantangkan balik kepada mereka yang tak percaya. Namun sebaliknya dari Muhammad, Yesus tidak marah-marah dan melaknati lawanNya. Ia menantangnya khusus secara rohani, lurus, sederhana, tidak diulang-ulang ganti kriteria yang berbeda-beda, tidak membutuhkan penjurian, pasti, instan hasil pemenangnya, tidak akan menjadi bahan AMOK bagi pengikut dan musuh-musuhNya! Alangkah hebatnya, bukan? Kita mengharapkan ada penghargaan dan hormat nurani Muslim yang jujur bagi Dia, setelah memperbandingkannya dengan tantangan ala Muhammad.
Disini, Yesus meng-“entertain” tantangan dengan balik menyodorkan dua pernyataan yang adi-kodrati - bukan cara kontes-kontesan insani - sehingga konklusinya telak, langsung dan final, tidak usah sistim juri-jurian:
(I). “Siapakah diantaramu yang membuktikan bahwa Aku (Yesus) berbuat dosa?”. (Yohanes 8:46)
Semua peserta kontes terdiam! Semua ciut! Tidak ada manusia dan nabi manapun yang berani menyodorkan pernyataan demikian satu terhadap lainnya. Tidak ada siapapun yang berani menyanggahnya. Karena apa? Karena dua hal mendasar: 1. Karena semua orang dan nabi berdosa. Muhammad-pun berdosa dan minta ampunan (Sura 47:19, HS.Bukhari 1732 dll). Dan 2. Karena hanya Yesuslah yang suci-murni kodratNya. Ia tidak berdosa atau pernah tampak meminta ampun kepada Bapa. Dengan demikian kontes ini dimenangkan telak oleh Yesus dengan sekali terjang!
(II). “Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami bahwa Engkau berhak bertindak demikian?” Jawab Yesus kepada mereka: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali. [yang dimaksudkanNya dengan Bait Allah ialah Tubuh Nya sendiri, yang mati 3 hari namun dibangkitkan kembali]”. (Yohanes2:18-22)
Inilah yang dikenal dengan istilah “Tanda Nabi Yunus” yang memang dikhususkan untuk Anda dan saya sebagai bagian dari “angkatan yang jahat dan tidak setia” (Matius 12:39). Dan tanda itu betul terjadi di depan begitu banyak saksi hidup, lawan dan kawan, semuanya mutawatir (sah dalam setiap jenjang kesaksian) meriwayatkan kebangkitanNya. Kubur Muhammad berisi. Kubur Yesus kosong! Posisi Muhammad sedang menunggu hari penghakiman dialam antah berantah (disebut Barzak); Yesus berada disurga disisi Tuhan, menunggu saat penghakiman!
Tampak disini bahwa tantangan Yesus tidak membutuhkan sistem kontes skill-skill-an atau kriteria-kriteriaan dari panitia. Menghadapi Yesus, tidak ada juri yang perlu menengahi atau membantu. Selidikilah baik-baik bagaimana Yesus menghadapi musuh terbesar-Nya sendirian. Ia tidak menghasut murid-muridnya untuk membela diri-Nya dalam keadaan yang tergenting sekalipun. Tidak seperti Muhammad, Dia tidak membutuhkan para pengikutNya menjadi tameng “dimedan perang”, Ia maju ke depan menghadapi para serdadu agama. Dia menghadap Mahkamah Agama, Pilatus dan Raja Herodes sendirian. Yesus sendirilah yang langsung mengalahkan setiap penyanggahNya, termasuk setan dan iblis. Ia tidak berkata seperti Muhammad: “Aku berlindung kepada Tuhan dari jin dan manusia. Ia berkata: “Enyahlah engkau, Iblis!” Dan itulah yang terjadi.
Berkuasa dan tidak berkuasa mengusir setan seharusnya dimaknai Muslim secara penuh, bukan hanya dari kulit. Sebab Ia yang berotoritas terhadap setan berarti - implisit dan explisit - bahwa TANTANGANNYA tidak akan terkalahkan oleh setan, apalagi manusia! Sebaliknya ia yang hanya mampu minta perlindungan Tuhan hanyalah menyodorkan tantangan insani yang justru amat rentan diungguli manusia, apalagi JIN. Bukti kerentanan tantangan Muhammad terlihat dari begitu banyak pasal yang telah kita perlihatkan diatas, dimulai dengan bualan 124.000 nabi islamik, dan berubah-ubahnya kriteria SSQ tanpa alasan. Dari menulis sebuah Al-Quran, berubah menjadi 10 Surat dan, berakhir menjadi 1 Surat saja, namun tidak akan bakalan ada Muslim yang sanggup meng-eksekusikan kontesnya dengan semestinya! Tantangan Muhammad sudah dijawab banyak manusia. Tantangan Yesus tidak terjawab.
Tetapi tantangan Yesus bukanlah sekedar ditujukan kepada para pemimpin Yahudi yang paling tegar tengkuk diabad kesatu, melainkan terlebih-lebih kini ditujukan kepada Anda-anda yang kini bisa mem-bandingkannya dengan tantangan SSQ dari Muhammad. Dan Anda akan menemukan bahwa tidak ada caranya untuk ber-apologi bahwa tantangan Muhammad itu adalah tantangan surgawi. Tidak ada rasul terakhir yang jatidirinya begitu tidak terdukung seperti Muhammad, dan tidak ada tanda dan tantangan manapun daripadanya yang meneguhkan Quran sebagai mujizat ilahi, melainkan malah mengkonfirmasikan apa yang pernah diserukan oleh orang-orang Arab kafir dizamannya: "Muhammad telah membuat-buat Al-Quran itu” (Sura 11:13).
Kesimpulan: Tantangan Muhammad dalam wahyuNya sudah disambut dan disodorkan oleh “para-kafir” ke tangan Muslim baik-baik. Tetapi justru tak ada Muslim yang mampu dan berani menilainya dengan baik-baik. Firman Tuhan gagal dan abortif dalam perjalanannya, padahal dimana-mana Tuhan selalu menegaskan FirmanNya niscaya berhasil:
“Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yesaya 55:11).
“Firman Tuhan tidak mungkin gagal” !!! (Roma 9:6).
Muslim tak ada senjata keniscayaan apapun yang dapat membenarkan kenabian ‘Nabinya’, kecuali mendalil-dalil, mengancam dan amok. Dan itu yang malah membuktikan kekalahannya lebih jauh, karena itu hanya menunjukkan bahwa mereka kehabisan semua sumber dayanya!
Sebaliknya tantangan Yesus TELAH keluar menjadi pemenang, sejak abad kesatu dan seterusnya disegala jagad. Karena apa? Jawabnya sesederhana tantanganNya, yaitu seperti yang tercantum dalam Sura Ali Imran 3:45 dan 21:91. Isa Almasih satu-satunya sosok yang paling terkemuka di dunia dan di alam akhirat! Dialah Tanda yang besar bagi semesta alam! Dia bukan menantang untuk egoNya, atau demi mengutuk Anda. Yesus tidak mengenal cara-cara bermubahalah sambil melaknati musuhNya (Sura 3:61), melainkan justru untuk menawarkan kesela-matan kepada Anda dan saya. Kalimat tantanganNya belum cukup dipetik diatas, kini kini kami lengkapkan buat renungan Anda secara mendalam,
“Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku?” (Yohanes 8:46)
YA, ketika tantangan Muhammad – begitu rendahan – terpatahkan dengan mudah dan sangat kasat mata, sementara tantangan Yesus begitu adikodrati dan tidak tersanggah, maka APA ALASANMU untuk masih ngotot percaya akan yang rendahan dan menolak yang tinggi? Kita tidak berbicara mengenai gengsi dan harga diri pribadi; kita berbicara tentang kebenaran Tuhan yang membebaskan dan menyelamatkan kehidupan kita selamanya!